Advertorial

Ferdinand Schroner: Jenderal Nazi, Penjahat Perang, Legenda, Sekaligus Manusia Langka

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com - Pasukan gunung Nazi ( Gebirgsjager) yang bertempur di berbagai medan selain menunjukkan ketangguhan personel juga mencerminkan keberhasilan komandannya.

Sejumlah komandan Gebirgsjager bahkan menjadi tokoh legendaris dan berhasil mendapat medali prestisius yang menjadi kebanggaan satuannya.

Namun tidak sedikit para komandan Gebirgsjager yang setelah perang dianggap sebagai penjahat perang, diadili, dan mendapat hukuman berat hingga kuhuman mati.

Salah satunya adalah Ferdinand Schroner.

(Baca juga: Bukan Asli Jerman, Pasukan Gunung Nazi Ini Lari Terbirit-birit ketika Digempur Habis-habisan oleh Pasukan Uni Soviet)

Sebagai komandan pasukan gunung Nazi Jerman, Ferdinand Schroner yang lahir di Munich, Bavaria, merupakan prajurit yang telah kenyang asam garam pertempuran.

Ketika bergabung dengan militer Jerman dan terlihat dalam PD I, Schroner yang saat itu berpangkat letnan dan bertempur di front Italia, sukses memimpin pasukan dan mendapat penghargaan elite Pourie Marite.

Setelah PD I, Schroner bertugas sebagai perwira pelatih bagi militer Jerman dan pada tahun 1923 dipercaya sebagai ajudan Jenderal Von Lossov, komandan Military District VII yang bermarkas di Munich.

Ketika Nazi Jerman mulai membentuk pasukan tempur Waffen SS, Schroner merupakan salah satu instruktur yang dipercya Hitler utuk menggembleng para personel Waffen SS sehingga memiliki kemampuan seperti prajurit-prajurit AD Jerman (Wehrmacht).

Tatkala Nazi Jerman melancarkan invasi ke Polandia, Schroner kembali menunjukkan kemapuan gemilang saat memimpin pasukan gunung 98th Mountain Regiment.

Prestasi serupa diraih lagi oleh Schroner sewaktu memimpin pasukan gunung 6th Mountain (Gebirgs) Division dalam pertempuran di kawasan Balkan dan sukses mendobrak pertahanan Metaxas Line.

Atas prestasinya di medan tempur Balkan itu, Schroner mendapatkan penghargaan Knight Cross.

Usai bertugas di Yunani, pasukan 6 Gebirgs kemudian ditugaskan ke medan tempur yang lebih sulit, yaki Rusia (Operation Barbarossa).

(Baca juga: Guderian, Bapak Perang Tank Nazi yang Tak Pernah Dijatuhi Hukuman oleh Sekutu Meski Dilabeli Penjahat Perang)

Di front Eropa Timur, Schroner memimpin pasukan 6 Gebirgs di medan tempur sektor Artic yag terkenal ganas karena selalu diseliputi salju tebal.

Memasuki tahun 1942, pasukan Gebirgsjager terus berdatangan hingga terbentuk XIX Mountain Corps dan sebagai panglima tempur, pangkat Schroner dinaikan menjadi Brigadir Jenderal (General der Gebirgstruppe).

Meskipun bertempur di medan ekstrem Artic, pasukan Schroner yang memiliki slogan populer Artic bukan apa-apa (Arkith ist nichts) bertempur secara gagah berani di kawasan Murmansk da Pechenga Nicled.

Dalam pertempuran sengit itu, Schroner merupakan panglima perang yang terlibat langsung dalam perang satu lawan satu dan berhasil membuuh sejumlah musuh.

Pada tahun 1942 pangkat Schroner dinaikan menjadi Mayjen dan menjabat sebagai komadan Gebirgsjager Corps di Norwegia.

Ketika kembali memimpin front pertempuran di Eropa Timur, Schroner tidak bertugas sebagai panglima pasukan Gebirgsjager melainkan XXXX Panzer Corps dari bulan November 1943 hingga Januari 1944.

Dalam kondisi pertempuran yag hanya bersifat defensiv sambil terus bergerak mundur dari front Eropa Timur, Schroner sempat menjabat sebagai komandn Army Group A dan kemudian Army Group South Ukraina.

Di medann tempur Rumania, pasukan 17th Army terus mndapat gempuran hebat pasukan Rusia sehingga jatuh korban jiwa yang sangat besar.

(Baca juga: Paul Hausser, Panglima Perang Nazi yang Berani Melawan Hitler dan Kehilangan Satu Mata saat Bertempur)

Meskipun mendapat gempuran sengit, Schroner berhasil membangun pertahanan permanen di sebelah selatan Sungai Dniester, Rumania.

Pada pertempuran sengit dengan pola bergerak mundur dan kemudian membangun pertahanan, Schronner yang menjadi petinggi favorit Nazi masih saja mendapat kenaikan pangkat.

Pada bulan April 1944, Pagkat Schroner dinaikan menjadi Generaloberst dan menjabat sebagai komandan Army Group North dan kemudian Army Group Centre (1945).

Sewaktu bertempur mempertahankan wilayah Chekoslovakia, Hitler yang telah banyak kehilangan kekuatan tempur dan panglima perang, pada bulan April 1945 mengangkat Schroner sebagai Field Marshal sekaligus komandan (Commander in Chief) German Army.

Ketika Nazi Jerman menyerah pada 8 Mei 1945, Schroner merupakan salah satu panglima yang memeritahkan pasukan Jerman terus bertempur di Chekoslovakia.

Salah satu tujuan Schroner untuk terus melanjutkan pertempuran adalah untuk menembus blokade pasukan partisan Chekoslovakia dan Rusia lalu bergerak ke Eropa Barat dan selanjutnya menyerahkan diri kepada pasukan AS.

Namun karena makin terancam, Schroner memutuskan meninggalkan posnya di pegunungan Alpine lalu terbang melarikan diri menuju Austria.

Hingga PD II berakhir, Schroner yang masih bersembunyi mejadi penjahat perang yang terus diburu baik oleh militer Rusia maupun Sekutu.

Schroner akhirnya tertangkap oleh militer Rusia pada Agustus 1951, diadili, dan mendapat tuntutan hukuman selama 25 tahun.

Tapi pada tahun 1963, Schroner bebas dan tinggal di Munich hingga tahun 1973.

Sebelum meninggal pada tahun yang sama, Schroner sesungguhnya merupakan manusia yang langka dan merupakan satu-satunya Fieldmarshall yang pernah hidup pasca PD II.

Artikel Terkait