Advertorial
Intisari-Online.com - Dilahirkan di Brandenburg 7 Oktober 1880, Paul Hausser mengikuti jejak kemiliteran ayahnya, dengan masuk sekolah kadet Prusia.
Setelah diterima dalam AD, ia memperoleh pendidikan lanjutan infanteri dan masuk sekolah staf (Kriegsakademie).
Selama PD I ia aktif baik di Front Barat maupun Timur.
Seusai perang, Hausser tetap menjadi perwira di Reichswehr dan menjadi Kastaf Wehrkreis atau Wilayah Militer II.
(Baca juga: Sempat Ditolak jadi Pilot, Otto Skorzeny Malah Sukses Jadi Ahli Sabotase Nazi yang Bikin Pusing Sekutu)
Tahun 1932 ia mengundurkan diri dengan pangkat Letjen, lalu bergabung dengan Stahlhelm, kelompok sayap kanan dari para eks-tentara.
Ketika grup ini digabungkan dengan milisi bentukan Partai Nazi, yaitu SA (Sturmabteilung), maka Hausser pun otomatis menjadi anggota partai tersebut.
Sewaktu SS dibentuk, ia menjadi perwira staff pada satuan tugas khusus SS atau Verfugungstruppen.
Hausser berhasil membangun SS lewat kombinasi peralihan kemiliteran Reichswehr dengan ideologi SS.
Hal inilah yang mendasari pengembangan Waffen-SS. Dalam PD II, ia memimpin Divisi SS Das Reich yang ditempatkan dalam Korps Panser Jenderal Heinz Guderian.
Hausser memperoleh pujian tinggi dari Guderian, sesuatu yang langka dilakukan oleh perwira Wehrmacht terhadap jenderal SS.
Dalam pertempuran di Front Timur ini, ia kehilangan satu matanya.
Hausser kemudian memimpin Korp Panzer SS II dan ditugaskan dalam grup Tentara B pimpinan Marsekal van Manstein.
(Baca juga: Soal Kegigihan, Baiknya Kita Berkaca pada Pasukan Gunung Nazi Ini yang Terus Bertempur Walau Tertekan)
Hausser termasuk perwira tinggi Nazi yang berani menolak perintah Hitler untuk bertahan di Kharkov pada musim dingin 1943.
Padahal melawan perintah Hitler bisa dihukum mati.
Berkat Hausser yang memindahkan pasukannya sebelum musim dingin tiba, korps pasukannya pun selamat dari kehancuran.
Hausser dan pasukannya kemudian ikut dalam serangan balasan Manstein dan berhasil merebut kembali Kharkov.
Dalam perang tank terbesar sepanjang sejarah di Kursk, meskipun akhirnya Jerman kalah, keperkasaan korps panser Hausser sangat mengesankan Hitler, hingga memerintahkan pembentukan korps panser SS yang kedua.
Sebelum perang berakhir, Hausser yang berpangkat SS-Oberstgruppenfuhrer masih mengalami berbagai pertempuran penting lainnya, baik di Front Timur maupun Barat.
Dia berhasil membuyarkan kepungan Soviet atas Tentara Panser Pertama Jerman sebelum ditugaskan ke Normandia.
(Baca juga: Berkat Tank-tank Palsu, Pasukan Lapis Baja Inggris Berhasil Dihancurkan Nazi yang ‘Lebih Lemah’)
Sebagai panglima perang yang gigih dalam bertempur dan pernah beberapa kali terluka, Hausser termasuk tokoh Nazi yang hidup hingga usia 92 tahun.
Hausser meninggal dunia dengan tenang di Ludwigsburg, Jerman, pada 21 Desember 1972.