Warga Myanmar sekarang memiliki akses yang tidak terkendali ke internet dengan biaya rendah di perangkat mobile mereka.
BACA JUGA: Perhatikan! Warna Hijau, Biru, Merah pada Kemasan Obat Ternyata Memiliki Arti
Pendukung kebebasan berbicara mengapresiasi hal ini, tapi jaringan informasi terbuka ini memperkuat sisi gelap Facebook dengan perspektif terbatas.
Keuntungan didapat militer Burma, sama seperti radio yang memicu genosida di tahun 1990an, Facebook membuat hal itu terjadi di Myanmar hari ini.
Facebook di Myanmar terlalu berisiko, Kuba mungkin dapat menjadi contoh baiknya.
Sifat akses internet di Kuba tidak mengarah pada pemaksaan yang kasar atau perpecahan politik.
BACA JUGA: Indonesia Beli Pesawat Canggih SU-35 dari Rusia, Australia Siapkan Kapal Ini Untuk Menangkalnya
Protes melalui media sosial yang umum terjadi di belahan dunia lainnya tidak ada di Kuba.
Internet di Kuba cukup sederhana tetapi mahal, menggunakan wifi sejam harus membayar $3 atau Rp. 40 ribu, sama seperti memotong 10% penghasilan bulanan warga Kuba.
Waktu yang terbatas untuk online, sebagian besar penyumbatan bandwidth Facebook membuatnya tidak populer di Kuba.
Sebagai gantinya, aplikasi SMS dan chat lainnya seperti IMO, layanan obrolan video langsung, lebih diutamakan.
Pemerintah Kuba khawatir dengan akses yang tidak terkendali sehingga membatasi, jelas ini menciptakan penghalang informasi.
Tapi bagaimana jika akses tak terkendali ke Facebook benar-benar merupakan kebebasan berbicara yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan menghilangkan seluruh populasi?
Waktu berdiskusi melepaskan diri dari koersif virtual dan terlibat dalam ruang nyata, mungkin cara ini dapat menghilangkan sisi gelap Facebook dan kembali ketujuan awalnya untuk menghubungkan orang bukan menghancurkan populasi.
BACA JUGA: Kisah Sukses Sopir Taksi Bermain Saham, Kunci Suksesnya Ada Pada Kalimat Ini
Penulis | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
Editor | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
KOMENTAR