Advertorial

Seorang Ilmuwan Berhasil Kembangkan Obat yang Diklaim Paling Ampuh Atasi Kebotakan

Mentari DP

Editor

Ketika diterapkan pada kulit tikus botak, folikel baru itu berkembang selama 28 hari.
Ketika diterapkan pada kulit tikus botak, folikel baru itu berkembang selama 28 hari.

Intisari-Online.com – Ada banyak perawatan untuk orang yang mengalami kebotakan. Namun tidak semua perawatan berhasil.

Melihat hal ini, seorang ilmuwan asal Korea Selatan mengembangkan sebuah obat yang tidak hanya membantu pengobatan untuk kepala botak tapi juga mencegah rambut rontok.

Dipimpin oleh profesor Choi Kang-yeol dari Universitas Yonsei, tim peneliti menemukan protein yang bertanggung jawab untuk rambut rontok yaitu alopecia androgenetik, di mana ia juga dikenal sebagai pola kebotakan paling umum pada wanita dan pria.

“Kami telah menemukan protein yang mengendalikan pertumbuhan rambut dan mengembangkan zat baru yang mempromosikan regenerasi rambut dengan mengendalikan fungsi protein,” kata Kang-yeol dilansir sciencealert.com.

(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)

(Baca juga:Keren! Meski Punya Keterbatasan Fisik, Nur Ferry Berhasil Persembahkan 4 Emas Bagi Indonesia, Bahkan Memecahkan 3 Rekor)

Kebotakan.

“Kami berharap bahwa zat yang baru dikembangkan akan berkontribusi tidak hanya untuk mengobati rambut rontok, tetapi juga meregenerasi jaringan kulit yang rusak.”

Zat tesembut tampaknya merupakan protein jari seng tipe CXXC5 (CXXC-type zinc finger protein 5), yang bertindak sebagai regulator negatif pada jalur Wnt/ β-catenin, yang terkait dengan regenrasi rambut dan penyembuhan luka.

Saat CXXC5 mengikat protein, yang disebut protein Dishevelled, ia mencegah perkembangan folikel dan pertumbuhan kembali rambut.

Oleh karena itu, dibuat sebuah biomaterial baru yang dikembangkan oleh tim untuk mengganggu proses pengikatan ini. Biomaterial baru itu disebut PTD-DBM.

Ketika diterapkan pada kulit tikus botak, folikel baru itu berkembang selama 28 hari.

Meski penelitian tim berkembang pesat, mereka sedang menentukan apakah bisa menguji substansi baru itu kepada manusia.

Artikel Terkait