Advertorial
Intisari-Online.com – Masih ingat apa yang pernah para ilmuwan katakan tentang sampah plastik di dunia?
Dilaporkan pada tahun 2050 jumlah sampah plastik di laut akan lebih banyak daripada ikan. Jumlahnya ada lebih dai 5,25 triliun sampah plastik di lautan seluruh dunia.
Seakan belum cukup masalah sampah, sebuah lapoan dari United Nations University (UNU) pada awal tahun 2017 mengatakan bahwa tingkat sampah elektronik juga semakin tinggi di dunia.
Mirisnya, negara-negara dari benua Asia adalah penyumbang terbanyak sampah elektronik.
(Baca juga:Hati-hati Mengelola Sampah Elektronik)
(Baca juga:Mewaspadai Bahaya Sampah Elektronik)
Jumlah sampah elektronik, terdiri dari smartphone, komputer, dan tv, di Asia telah meningkat sebesar 63% dalam lima tahun.
Ruediger Kuehr, rekan penulis laporan dan kepala program siklus berkelanjutan UNU, mengatakan bahwa banyak negara yang kekurangan infrastruktur pengelolaan limbah elektronik yang ramah lingkungan.
“Selama bertahun-tahun, China dan negara-negara Asia lainnya belum sempurna mendaur ulang barang elektronik yang dibuang dari negara-negara kaya. Seringkali hasil daur ulang tidak aman,” ucap Kuehr dilansir cnn.com.
Menurut laporan tersebut, Asia telah menjadi sumber utama sampah elektronik karena konsumen semakin banyak membeli barang elektronik sepeti telepon seluler, tablet, lemari es, komputer, dan televisi.
Pada tahun 2010 sampai 2015, jumlah sampah elektronik di China naik lebih dari dua kali lipat.
Hong Kong adalah negara yang menghasilkan sampah elektronik tertinggi di Asia. Rata-rata 21,7 kg per orang.
Lalu Singapura dan Taiwan menciptakan lebih dari 19 kg sampah elektronik per orang.
Sementara Kamboja, Vietnam, dan Filipina masuk dalam negara dengan sampah elektronik terendah. Rata-rata sekitar 1 kg per orang.
Oleh karena itu, tim peneliti memperingatkan perlunya memperbaiki metode daur ulang dan pembuangan di seluruh wilayah untuk mencegah konsekuensi lingkungan dan masalah kesehatan yang serius.
(Baca juga:Mencegah Bertumpuknya Sampah Elektronik)