Semua kereta di Keraton Solo ini berasal dari masa pemerintahan Paku Buwono VII sampai X. Jadi usianya rata-rata sudah 150 tahun. Hampir semua kereta ini tidak dipakai lagi sesudah wafatnya Paku Buwono X.
Yogyakarta tak mau ketinggalan
Pada tanggal 1 Juni 1985 yang lalu secara resmi dibuka Museum Kereta Keraton Ngayogyakarta, yang letaknya di dalam kompleks keraton.
Museum ini menyimpan delapan belas buah kereta yang pernah digunakan oleh para sultan dan keluarganya, serta ada juga koleksi lain yang berkaitan dengan kereta, misalnya pakaian kuda dan pelana.
Sebenarnya, sebelum dijadikan museum tempat tersebut dulunya sudah dijadikan gudang penyimpanan kereta dan bagian belakangnya terdapat bengkel pemeliharaan.
Koleksi utama dari museum ini adalah kereta kencana yang diberi nama Kanjeng Nyai Jimad. Kereta ini pertama kali dipakai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I, yang dibeli dari Negeri Belanda sekitar tahun 1750.
Per-nya terdiri atas beberapa lapisan kulit. Kereta ini digunakan untuk upacara-upacara kebesaran dan ditarik 8 ekor kuda berpasangan, sehingga jumlahnya 16 ekor. Setiap kali digunakan, semua kuda warna bulunya harus sama — hitam, merah, putih atau kuning semua.
Biasanya kuda terdepan ditunggangi seorang sais yang disebut plaer. Sri Sultan Hamengkubuwono V masih sempat menaiki kereta ini, yaitu sekitar tahun 1855. Setelah itu Nyai Jimad dinyatakan pensiun karena usianya sudah lanjut dan perlu perawatan.
Umumnya benda-benda pusaka di keraton diberikan sebutan dengan nama depan Kanjeng Kyai. Sedangkan untuk Nyai Jimad agak lain. Karena di bagian depannya, yaitu penyangga tempat duduk sais, terdapat patung putri duyung, maka kereta tersebut dijuluki Kanjeng Nyai (putri).
Ternyata Kanjeng Nyai Jimad bukanlah kereta sembarangan. Ia punya tuah yang sangat ampuh. Tiap Selasa atau Jumat Kliwon di bulan Suro, kain penutupnya disingkap dan ia dimandikan dengan berbagai sesaji dan dupa-dupaan.
Air cucian kereta diperebutkan oleh orang-orang yang sudah menanti sejak lama untuk digunakan sebagai obat awet muda atau penyembuh berbagai macam penyakit. Selain itu, kereta ini dapat digunakan untuk melacak orang yang bersalah.
Seandainya ada satu dari beberapa orang yang dicurigai berbuat kejahatan tidak mau mengakui kesalahannya, setelah dihadapkan pada Nyai Jimad orang yang bersalah akan berkelakuan seperti penderita penyakit ayan atau malah pingsan.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR