Advertorial

Sedih, Inilah Sudan si Badak Putih Utara Jantan Terakhir di Dunia dan Terancam Punah

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com – Kepunahan. Selama ini kita tahu istilah itu saja tanpa pernah melihat seperti apa kepunahan itu.

Nah, untuk itu, seorang ahli biologi menunjukkan seperti apa kepunahan itu.

“Mau tahu seperti apa kepunahan?” tulis Daniel Schneider dilansir iflscience.com.

“Ini adalah Badak Putih Utara jantan terakhir. Ya terakhir dan tidak pernah ada lagi.”

(Baca juga:Jika Kita Tidak Berubah Maka Bersiaplah Melihat Kepunahan Massal di Akhir Abad Ini)

(Baca juga:Pada 2020 Populasi Hewan di Bumi Tinggal Sepertiga, Periode Kepunahan Setelah Era Dinosaurus)

Schneider, seorang ahli biologi, traveler, dan aktivis, mengunggah foto Sudan, seekor Badak Putih Utara pada hari Selasa (7/11/2017) di akun Twitternya.

Sejak saat itu, foto itu disukai lebih dari 40.000 dan di retweet lebih dari 40.000.

Sudan adalah satu dari tiga Badak Putih Utara yang tersisa di dunia. Dua lainnya adalah Najin, anak perempuannya yang berusia 28 tahun, dan Fatu, cucu perempuannya yang berusia 17 tahun.

Sebelumnya, Badak Putih Utara jantan ada tiga jumlahnya. Mereka bernama Trio dan Suni.

Namun keduanya telah dipindahkan dari Republik Ceko ke Ol Pejeta Conservancy di Kenya pada 2009.

Mereka dipindahkan dengan harapan bahwa lingkungan yang dekat dengan habitat alami mereka akan mendorong badak untuk berkembang biak.

Sayangnya, keduanya meninggal pada tahun 2014 di usia 34 tahun.

Sementara diketahui bahwa baik Fatu maupun Najin tidak dapat bereproduksi secara alami dan jumlah sperma Sudan mengecewakan.

Memang badak putih bisa hidup sampai usia 50 tahun. Tapi usia rata-rata kematian mereka adalah 40 dan Sudah sudah berusia 43 tahun.

Artinya waktunya hampir habis. Artinya ini juga bisa menjadi akhir bagi spesiesnya.

(Baca juga:Ini Ide para Ilmuwan untuk Menyelamatkan Dunia dari Kepunahan)

Berbanding terbalik dengan Badak Putih Utara, upaya konservasi untuk melindungi Badak Putih Selatan telah sukses besar.

Walau sempat mendekati kepunahan, jumlah mereka meningkat dari kurang dari 100 ekor pada 1895 menjadi sekitar 20.000 pada tahun 2017.

Oleh karena itu, pelestari di Ol Pejeta Conservancy tidak mau menyerah kepada Badak Putih Utara.

Mereka berharap bisa mengumpulkan 1 juta US Dollar (Rp13,5 miliar) untuk kampanye yang disebut “Make a Rhino”.

Kampanye itu nantinya untuk mendanai perawatan fertilisasi in vitro menggunakan sperma dari Sudan dan telur dari Fatu atau Najin.

Artikel Terkait