Argentina menganggap bagian selatan Rio Colorado semacam Siberia. Makanya sebagai insentif, pekerja di daerah yang serba sepi itu menerima gaji lebih besar daripada upah pekerja bagian utara.
Kedengarannya sebagai suatu paradoks, namun kenyataannya, setiap orang Argentina mau ke Patagonia yang dianggap sebagai negeri dongeng.
Mereka bangga dengan daerah kosong yang jauh dari tetangga. Kami pun tiba di satu-satunya lapangan terbang di Peninsula Valdes, Trelew.
Mobil sewaan menembus jalan aspal mulus dan sepi yang membelah stepa, seperti garis monoton gundul tanpa rumah, manusia, atau binatang.
Setelah 88 km, kami membelok ke Peninsula Valdes. Terlihat satu dua domba kesepian. Selanjutnya perjalanan 70 km sampai Desa Puerto Piramides ditempuh dalam kesunyian.
Tidak ada kendaraan yang berpapasan.
Konon setiap tahunnya, di teluk itu berkunjung ratusan paus untuk berkembang biak. Jadi tekad kami mernang mau "berburu" kawanan paus besar itu.
Kami kemudian menyewa kapal. Untung sekali, karena selain berjumpa dengan kawanan paus, kami juga sempat melihat beberapa paus betina mempunyai anak.
Rombongan mamalia berbentuk ikan ini, mengelilingi dan menyusup di bawah kapal tanpa peduli.
Mereka bermain-main, meloncat dengan anaknya di dalam air, bahkan kadang-kadang menyemburkan air.
Perjalanan ke hotel masih 70 km lagi. Jalanan rupanya tidak diaspal, tetapi ditutup kerikil. Tak heran jika kaca depan semua mobil di sana berlubang atau retak, akibat berbenturan dengan kerikil.
Setelah setengah jam berjalan, udara mulai gelap. Namun binatang mulai bermunculan. Ada mam, kelinci besar Patagonia, dan dua quanako. Sayang, terlalu gelap untuk dipotret.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR