Mr Sjafruddin bahkan berkali-kali menolak upaya damai itu jika Presiden Soekarno tidak segera bisa melepaskan diri dari pengaruh PKI.
Sikap memberontak PRRI ditunjukkan dengan menyerbu markas-markas militer yang masih memberikan dukungan terhadap Pemerintah Pusat RI seperti Pangkalan Udara Polonia Medan yang dipertahankan oleh pasukan AURI di bawah pimpinan Kapten Udara Nico Juluw, satuan artileri di bawah pimpinan Mayor Hanafie, dan belasan personel Polri di bawah pimpinan Komisaris Polisi Hoegeng Iman Santosa.
(Baca juga: Sofyan Tsauri, Eks Anggota Al-Qaeda yang Mengaku Pernah Sengaja Ditabrak Anggota Densus 88 di Pasar Rebo)
Sebelum pasukan PRRI menyerbu Bandara Polonia, sejumlah pesawat AURI (TNI AU) telah terlebih dahulu duterbangkan menuju ke tempat yang aman sesuai perintah dari KSAU Laksamana Udara Suryadarma.
Pasukan PRRI sebenarnya menyadari jika untuk menyerbu Bandara Polonia harus menghadapi pasukan yang masih setia kepada Pemerintah Pusat dan terkenal pula sebagai pasukan pertahanan pangkalan yang terlatih baik.
Apalagi KSAU Komodor Udara Surjadi Surjadarma sebelumnya telah mengeluarkan perintah agar lapangan udara Polonia dipertahankan habis-habisan
Oleh karena itu pasukan PRRI hanya berani melakukan pengepungan sambil melakukan serangan dengan cara menembakkan mortir.
Selama gempuran mortir tidak kurang tiga lubang bekas jatuhnya peluru hampir merusakkan landasan.
Salah satu mortir bahkan jatuh di sebelah kanan kantor pegawai sipil persenjataan dan jaraknya lebih kurang sepuluh meter dari gudang senjata. Mujur peluru mortir tidak meledak.
Kendati mendapat gempuran sengit PRRI, namun pasukan yang bertahan berhasil memperkuat parimeter pertahanannya sehingga serangan musuh dapat ditahan.
Namun, mereka tetap dalam kondisi terkepung rapat, mengingat pasukan PRRI memblokade semua jalur keluar masuk Bandara Polonia.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR