Akibatnya, banyak ibu yang mengalami pendarahan, tidak tertolong. Belum lagi dampak lain, seperti bayi mengalami infeksi, bahkan meninggal.
Sejak Rohani menjadi relawan, keadaan para ibu hamil mulai berubah.
Walau tidak ada bidan dan tenaga kesehatan di desa itu, kini para ibu hamil mulai diberikan pencerahan untuk pergi memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas.
Dengan sabar, Rohani yang dipanggil Puang Tene itu, melayani para ibu itu. Ia setia mengantarkan ibu hamil ke Puskesmas, untuk periksa kehamilan.
“Banyak ibu hamil yang malu datang ke Puskesmas kalau tidak ditemani,” ungkapnya. Para ibu itu malu jika perut buncitnya dipegang bidan atau dokter.
Di situlah Rohani berperan meyakinkan, kalau rutin diperiksa oleh bidan di Puskesmas, kehamilan mereka akan lebih sehat dan terpantau.
Agar si ibu hamil lebih yakin, Rohani bersedia mengantarnya setiap kali jadwal pemeriksaan tiba.
Rohani berprinsip, sesama perempuan harus saling memperhatikan. Ibu enam anak ini juga mengaku, yang dilakukannya hanyalah bagian dari kasih dan kepeduliannya terhadap mereka.
Tak ada bayaran sepeser pun. Hanya kelegaan dan bahagia, melihat ibu hamil yang ditolongnya bisa melahirkan dengan pertolongan bidan. Ibu dan anak juga dalam keadaan sehat.
Ia sendiri merasakan perbedaan yang berarti di masyarakat, sebelum dan sesudah ia menjadi relawan.
Misalnya kesadaran untuk anak-anaknya diimunisasi. Hasilnya, anak-anaknya terlihat lebih sehat dan pintar.
Melihat kondisi anak-anak Rohani, para ibu di desanya akhirnya termotivasi. Mereka lebih terbuka terhadap Posyandu dan berkonsultasi ke Puskesmas.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR