Senjata andalan lainnya adalah golok atau pisau belati. Senjata itu lambang kemenangan atas makhluk-makhluk jahat.
Untuk menambah kesan gagah dan garang penampilannya, sang penjaga candi itu masih merasa perlu memperlengkapi diri dengan kelat bahu, sabuk, samur, subang, kalung, gelang kaki (binggel), gelang tangan, serta ikat kepala untuk mengikat rambut ikalnya.
Dilihat dari bentuk fisik serta senjata-senjatanya, tampak jelas sifat destruktif sebagai ciri kuat Dvarapala. Namun, dalam hubungannya dengan fungsi peribadahan aspek destruktif itu harus dipandang mulia.
Itu karena apa yang dianggap musuh-musuh jahat dari luar yang harus dihancurkan adalah ajaran-ajaran yang melawan agama.
Jadi selama orang tidak berniat jahat, nyali tidak perlu ciut memasuki gugusan candi yang dijaga makhluk gaib menyeramkan ini.
(Baca juga: Membaca Cerita Ramayana Melalui Relief Candi Penataran, Sssttt… Jangan Salah Arah, Ya!)
Yang tua tidak pegang gada
Supratikno Rahardjo mengumpulkan data tentang arca-arca Dvarapala Jawa Tengah dalam penelitian tahun 1983, dan dilanjutkan lagi sekarang.
Yang terbanyak ditemukan di daerah Prambanan dan Kalasan, Yogyakarta, di antaranya berasal dari Candi-candi Kalasan, Lara Jonggrang, Lumbung, Sewu, Asu, Plaosan Lor, Sajiwan, Kalongan.
la juga membandingkannya dengan Dvarapala Borobudur yang kini berada di Bangkok, Thailand.
Dalam pengamatannya terhadap arca-arca tersebut, Dvarapala Borobudur belum dianggap sebagai hasil karya seni bermutu tinggi.
Teknik pahatannya masih kasar. Senjatanya hanya satu, yakni belati yang digenggam tangan kanan. Ekspresi mukanya tidak menakutkan, bahkan tampak "menyedihkan" dengan mulut yang menunjukkan ekpresi tenang.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR