Kemudian setelah pantheon dewa muncul dalam sistem kepercayaan di India, Yaksha dimasukkan ke dalam golongan setingkat di bawah dewa.
Pada perkembangan berikut, Yaksha menjadi pendamping Sang Buddha. la menghiasi stupa bersama makhluk lain, seperti terdapat di Stupa Bharhut, India, pada abad I Masehi.
Sedangkan di Sanchi, Yaksha seakan-akan "melindungi" dan "menjaga" bangunan suci di puncak Torana. Tugas Yaksha sebagai pelindung itulah yang kemudian berkembang hingga menjadi Dvarapala.
(Baca juga: Berkat Kejelian Mbah Karto, Candi Jawi si Penyendiri Bisa Utuh Kembali)
Dvarapala merupakan makhluk yang ditempatkan di depan pintu atau gerbang menuju bangunan suci candi.
la memiliki kekuasaan untuk melindungi dari berbagai serangan kekuatan jahat. Sesuai tugasnya itu, Dvarapala sang penjaga candi tidak saja digambarkan sebagai makhluk yang menyeramkan wujud fisiknya, tetapi masih dilengkapi dengan berbagai senjata dan atribut lain.
Senjata-senjata yang disandangnya memang sengaja untuk menciptakan kesan menakutkan.
Sebagian besar Dvarapala memang memegang gada. Alat pemukul itu dianggap lambang penghancur, sekaligus lambang keperkasaan dan kekuasaan.
Juga dipercaya, senjata maut itu berfungsi sebagai tongkat kematian atau hukuman. Atribut lain umumnya adalah ular atau naga.
Dua satwa itu perlambang kehidupan air (water spirit) yang dapat mendatangkan hujan. Tetapi jangan bikin Dvarapala murka, watak aslinya sebagai penghancur akan muncul.
Lihat saja atribut ular naga yang disandang Dvarapala penjaga Candi Plaosan di daerah Prambanan, Jawa Tengah.
Penjaga itu menggunakan tali jerat (pasa) berbentuk ular sebagai senjata untuk menjerat dan menangkap musuh, khususnya makhluk-makhluk jahat. Tali jerat berupa ular naga itu, dalam ilmu ikonografi, disebut nagapasa.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR