Advertorial

KGB, Dinas Rahasia Rusia Sekaligus Kawah Candradimuka Vladimir Putin yang Lebih Kejam dari CIA

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com - Dari sejarahnya, cikal bakal dinas rahasia Rusia Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB) yang dalam perkembanganya merupakan organisasi paling mematikan di era komunis Uni Soviet (Rusia), sudah ada sejak 1917.

KGB yang saat itu bernama Tsjeka didirikan dan diketuai oleh tokoh asal Belarus, Felix Dzerzhinsky.

Lembaga yang terdiri dari orang-orang bersenjata berkekuatan 31.000 personel itu difungsikan untuk melawan kekusaan kaum Bolsyevik yang dipimpin Lenin.

Saat meletus Perang Saudara Rusia yang dimenangi kaum Bolsyevik, Tsjeka banyak manfaatnya untuk melancarkan aksi kekerasan secara rahasia.

Cara kerjanya adalah tetap memanfaatkan teknik Tsjeka sebagai kelompok bersenjata dengan mendirikan dinas polisi rahasia (GPO)

Tsjeka juga menjadi bagian dari Komisariat Rakyat Dalam Negeri, (NVKD), sehingga mempunyai kedudukan cukup berwibawa.

Felik yang secara terang-terangan mengancam Lenin karena terbukti telah memanfaatkan cara kerja Tsjeka, kemudian meninggal secara misterius.

Saat kekuasaan Lenin makin besar dan absolut, dinas rahasia GPO dan NVKD menjadi mesin pembunuh yang efektif bagi lawan-lawan politik Lenin atau siapapun yang berani bersebrangan dengan kebijakan Lenin.

Selama aksi pembersihan terhadap lawan-lawan politik Lenin setidaknya 50 juta Rusia telah tewas. Korban tewas ini setara dengan korban tewas selama PD II.

Dengan korban sebanyak itu meskipun sama-sama dinas rahasia, jika dibandingkan CIA, dinas rahasia di era Lenin benar-benar merupakan lembaga yang sangat kejam.

(Baca juga: Vladimir Putin Blusukan di Alam Liar, Donald Trump Main Golf, Kalau Anda Pilih Liburan Seperti Apa?)

Kendati dalam kegiatan untuk memata-matai lawan antara NVKD yang kemudian menjadi KGB dan CIA memiliki teknik yang sama.

Korban yang tewas dialami oleh warga Rusia dari semua kelas, termasuk dua orang penting yang pernah menjadi kepala NVKD, yakni Genich Jagoda dan Nikolai Jezjof.

Dinas polisi rahasia Rusia lalu berubah nama menjadi NKGB. Tahun 1945, NKGB berubah nama lagi menjadi MGB (Kementerian Keamanan Negara) yang dikepalai Lvrentia Beria.

Karier Beria terus menanjak di kalangan Partai Komunis Rusia. Dia kemudian menjabat anggota politbiro dan pengurus harian Uni Soviet.

Setelah meninggalnya Stalin, pengaruh Beria demikian besar dan justru menjadi senjata makan tuan.

Oleh Soviet Beria dianggap sebagai mata-mata Inggris dan kemudian dijatuhi hukuman mati pada akhir 1953.

Dinas rahasia MGB pun kemudian berubah nama menjadi KGB pada 13 Maret 1954.

Pada perkembangan berikutnya, pasca PD II dan Perang Dingin antara Blok Barat-Timur makin berkobar, peran KGB bagi Uni Soviet sangat besar.

Pada prinsipnya, KGB merupakan pedang dan perisai bagi kejayaan Partai Komunis Soviet.

Anggota KGB dipilih secara ketat dan ditempatkan disemua lini kehidupan di seantero wilayah kekuasaan Soviet.

(Baca juga:Terus Disudutkan, Vladimir Putin Usir Ratusan Diplomat AS di Negaranya. Amerika pun Geleng-geleng Kepala)

Sebagai dinas rahasia yang bertugas mengumpulkan keterangan demi kejayaan komunis Soviet selain beroperasi di dalam negeri, KGB juga beroperasi di luar negeri.

Kebanyakan anggota KGB di luar negeri terdiri dari pejabat-pejabat diplomatik.

Pilot-pilot pesawat komersial yang kerap terbang ke luar negeri pun berperan ganda sebagai agen KGB.

Mereka bisa mengamati wilayah lawan dengan memfungsikan pesawat komersialnya sebagai pesawat pengintai.

Misi pengintaian pesawat komersial kadang secara sengaja memasuki wilayah sensitif negara lain tetapi ketika disergap, Pilot mengatakan sedang tersesat dan justru minta dipandu oleh pesawat tempur yanng mencegatnya.

Strategi KGB dalam operasinya biasanya mengandalkan jumlah anggotanya yang dikenal sanggat banyak, sekitar 375.000 agen.

Cara kerja KGB bahkan dikenal urakan karena saat menjalankan misi mata-matanya, kehadiran mereka sering menyolok.

Negara-negara Barat kadang merasa jengkel dengan banyaknya jumlah mata-mata Rusia yang hadir dengan kedok diplomat.

Untuk mengatasi kehadiran KGB, negara-negara Barat biasanya mengusir mereka dengan cara persona non grata atau dicurigai sebagai mata-mata asing.

Ketika Yuri Agapov memimpin KGB (1967-1981), cara kerja KGB menjadi lebih santun tapi sekaligus lebih berbahaya.

(Baca juga: Menurut Teori Konspirasi Vladimir Putin adalah Drakula yang Abadi, Benarkah?)

Agen KGB dituntut mampu menyadap informasi sebanyak mungkin tapi dengan cara yang betul-betul rahasia.

Pada masa pemerintahan Gorbachev tahun 1990-an, Soviet berhasil digoyang oleh angin demokrasi, yang dihembuskan Gorbachev sendiri.

Era keterbukaan membuat KGB kelabakan , sehingga pemimpin KGB, Vladimir Kryuchkov berusaha melancarkan kudeta tapi berhasil digagalkan.

Reformasi yang diluncurkan Gorbachev akhirnya membuat Uni Soviet bubar dan nama KGB berubah menjadi FSB (Federalnaya Sluzhba Bezopasnoti).

Perubahan itu sesuai dengan kondisi Rusia yang wilayahnya terbagi atas negara-negara federasi.

Cara keja FSB masih sama dengan KGB, namun sesuai dengan zamannya, agen-agen harus mampu bekerja lebih smart.

Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan salah seorang anggota KGB di era komunis Rusia yang pernah mendapat pelatihan sangat keras dan sekaligus penyandang sabuk hitam ilmu beladiri yudo.

Sebagai agen KGB yang ahli melakukan taktik counter intelligence, jago menginterogasi orang, dan sekaligus jago bertempur, Putin memang bukan orang sembarangan.

Maka bisa dikatakan sebagai Presiden Rusia yang mempunyai wewenang untuk mengoperasikan senjata nuklir baik secara pribadi maupun Presiden, Putin sesungguhnya merupakan orang “yang sangat berbahaya”.

Artikel Terkait