Advertorial
Intisari-Online.com -Setelah sekian dekade, yang secara politik, hanya bersekutu dengan AS, Arab Saudi akhirnya mengubah total strateginya.
Belum lama ini, untuk pertama kalinya, negara kaya minyak itu berkunjung ke Rusia sekaligus memborong sejumlah persenjataan paling mematikan.
Raja Salman tiba di Rusia pada Rabu (4/10), sesuai rencana dan agendanya dalam kunjungan ke Rusia selama empat hari.
(Baca juga:Akhirnya, Raja Salman Mengizinkan Wanita Arab Saudi untuk Mengemudikan Mobil Sendiri)
Selain untuk membeli sejumlah persenjataan canggih, kunjungan ini juga dimaksudkan untukmembangun kerja sama di bidang ekonomi.
Pada kesempatan kunjugan yang fenomenal itu Raja Salman juga bertemu secara khusus dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membicarakan masalah di Timur Tengah dan perkembangan politik internasional.
Arab Saudi yang hingga saat ini masih membekukan hubungan diplomatik dengan Qatar dan menerapkan blokade ekonomi serta terancam konflik bersenjata melawan Iran, dalam kunjungannya ke Rusia itu tampaknya sekaligus “bersiap-siap perang”.
Pasalnya persenjataan mutakhir yang dibeli oleh Arab Saudi dari Rusia adalah persenjataan yang saat ini sedang dibicarakan oleh dunia dan paling ditakuti AS: peluncur rudal pertahanan udara S-400.
Sejumlah peluncur rudal pertahanan udara S-400 saat ini sudah digelar oleh Rusia di Suriah demi mengantisipasi serangan udara yang akan dilakukan jet-jet tempur AS.
(Baca juga:Sudah Ditunggu Antirudal AS, Korut Ternyata Tunda Tembakan Rudal Balistik ke Guam)
Sejak peluncur rudal S-400 digelar sudah tidak ada lagi jet-jet tempur AS yang seenaknya menyerang obyek-obyek militer milik pemerintah Suriah. Ini juga menandakan bahwa jet-jet tempur AS memang takut dengan ancaman tembakan rudal S-400.
Militer AS sendiri telah mengakui pihaknya belum bisa mengantisipasi kecanggihan dari peluncur rudal S-400.
Peluncur ini kabarnya juga merupakan sistem pertahanan udara yang paling ditakuti oleh NATO.
Yang jelas dengan memiliki peluncur rudal pertahanan udara S-400, militer Arab Saudi akan lebih leluasa untuk menjatuhkan jet-jet tempur yang menyerang wilayahnya.
Kita tahu, saat ini militer Arab Saudi bertempur melawan pemberontak suku Houti di Yaman yang didukung Iran.
Sudah beberapa kali pemberontak Houti meluncurkan rudal ke wilayah Arab Saudi tapi serangan rudal itu berhasil ditembak jatuh menggunakan sistem pertahanan antirudal buatan AS: PAC-2 Patriot.
(Baca juga:Jika Terjadi Perang, Siapa yang Menang? Inilah Perbandingan Kekuatan Militer Arab Saudi Vs Qatar)
Dengan persenjataan yang dibeli dari Rusia, Arab Saudi yang selama ini sudah diperkuat dengan persenjataan yang dibeli dari AS, bisa dipastikan akan menjadi negara yang secara militer paling kuat di kawasan Timur Tengah.
Apalagi kunjungan Raja Salman ke Rusia bukan hanya membeli senjata saja tapi kerja sama membangun industri militer yang akan dibangun di Arab Saudi dalam waktu dekat.