Intisari-Online.com - Aksi Fredy Candra memberangkatkan 65 gurunya selama SD, SMP, hingga SMA untuk jalan-jalan ke luar negeri menuai pujian.
Namun Fredy justru menyatakan bahwa pujian itu seharusnya ditujukan kepada Tuhan dan para gurunya. Dia enggan menjadi subyek yang dibicarakan.
"Kalau bisa, bapak dan ibu gurunya saja yang diwawancara, saya jangan ya," tuturnya dalam pesan WhatsApp.
Akan tetapi, Fredy kemudian menuliskan status di akun media sosialnya. Dia mengaku tak menyangka hal ini bakal ramai diperbincangkan.
Berikut ini pernyataan Fredy di akun media sosialnya:
(Baca juga: Fredy Chandra, ‘Murid Gila’ yang Ajak 65 Guru yang Pernah Mengajarnya Jalan-jalan Gratis ke Luar Negeri)
"Melihat seorang guru seperti melihat sebuah masa depan cerah yang telah dijanjikan untuk dunia ini. Ingatkah kita ketika Jepang pernah hancur? Jepang saat itu lumpuh total, Kaisar Hirohito mengumpulkan semua jenderal masih hidup dan menanyakan kepada mereka, 'berapa jumlah guru yang tersisa?'.
Betapa bernilainya seorang guru di mata Kaisar saat itu sama seperti betapa bernilainya guru saat ini. Jepang menjadi negara maju seperti saat ini tak lepas dari pengaruh dan campur tangan guru.
Bapak guru Sulikin M.pd mungkin 'khilaf' dan 'kurang bercermin' ketika menulis bahwa saya 'murid gila'. Jelas-jelas yang gila itu adalah Bapak, Bapak Ibu guru SD Sampangan, SMPN1 dan SMAN1 saya yang secara 'sembrono' mengabdikan diri lebih dari separuh usianya dari mudasampai beberapa sudah pensiun, berusaha membuat saya sebagai salah satu muridnya dan banyak murid yang lain menjadi orang sukses dan berhasil.
Yang 'gila' itu adalah Bapak Ibu guru yang mengabdi di sekolah-sekolah, madrasah, PAUD, baik di kota, di daerah dan daerah terpencil dengan gaji pas-pasan dan herannya masih mau ngajar, itu baru gila!!!
'Kegilaan' para guru itulah yang membuat saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada guru saya dengan mengajak berwisata bersama, melalui tulisan Bapak Sulikin bertajuk "Muridku Gila" yang saya pikir “ah palingan bocor halus” eh malah “mbledos” jadi viral dan ….. malah saya yang dipuji (kalau guru yang memuji saya terima deh), dikasih sanjungan teman-teman dan berbagai pihak '…hebat kamu Fred..', '….salut sama kamu…', '…kamu luar biasa…'.
Beberapa hari ini, saya mencoba dengan sekuat tenaga berusaha menerima pujian-pujian itu, ngga tau bagaimana tapi mulai dari rasa segan sampai perasaan malu selalu muncul tiap kali ada pujian disampaikan, tetapi pada akhirnya hati nurani saya tidak bisa menerima sanjungan tersebut.
Saya harap saya cukup sebagai inspirasi saja dan tidak lebih, juga kiranya teman-teman di medsos tidak lagi membahas Fredy-nya dan saya ingin mengembalikan pujian teman-teman kepada yang lebih layak menerimanya, yaitu Tuhan dan juga dalam hal ini guru-guru saya.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR