Siapapun boleh masuk ke situ. Tak hanya anggota tarekat.
Di sana, setiap hari diadakan acara pengajian agama. Tiap Rabu malam, ada zikir bersama. Pesertanya sekitar seratusan orang.
Sambil berzikir itulah, beberapa orang akan melakukan whirling dance atau tarian darwis, tarian yang gerakannya berputar-putar mirip gasing.
Peserta zikir berasal dari bermacam-macam latar belakang. Sebagian besar peserta memelihara jenggot. Kebanyakan usia mereka masih muda.
Ada yang datang berjubah, tapi banyak pula yang datang dengan pakaian kasual: jins dan kaos oblong.
Ada yang rambutnya dicat merah, sebagian lagi dikuncir, bahkan beberapa orang memakai tindik telinga.
Tampilan mereka sama sekali berbeda dengan kesan anggota jemaah zikir yang biasa dikenal di Indonesia, misalnya zikir yang biasa dipimpin oleh Ustaz Arifin llham.
Tak sedikit peserta yang berambut gondrong, khas seniman atau musisi. Sebelum acara zikir, mereka bermain gitar.
"Mereka ini kalau disuruh buka baju, akan kelihatan badannya pada tatoan semua," kata Arief Hamdani, pendiri Rabbani Sufi Institut Indonesia, sambil menunjuk peserta zikir.
"Saya juga punya tato," kata Dede, seorang peserta zikir yang duduk di sebelah Arief.
Penampilan Dede pun tak jauh beda dari peserta zikir yang baru saja ditunjuk Arief. Rambut gondrong, jenggot dibiarkan panjang.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR