Cerita yang akan terasa de ja vu oleh Sanawi sang juragan warteg pun terjadi, Zhang dan keluarganya tetap tinggal di sana sementara proyek terus berjalan.
Saat jalan selesai dibangun pada 2011, rumah tersebut menjadi satu-satunya bangunan yang tersisa di distrik tersebut.
Rumah Zhang benar-benar berada di tengah-tengah kepadatan arus lalu lintas.
Sedikit beruntung, pemerintah setempat tidak mencabut fasilitas keamanan, listrik, maupun air bagi rumah Zhang.
Masalah selesai? Tentu saja belum.
Zhang dan keluarganya mulai merasa stres dengan kebisingan lalu lintas di sekitar mereka.
Belum lagi harus terbiasa menyaksikan kecelakaan lalu lintas, yang sebagian justru disebabkan oleh keberadaan rumah mereka.
Untung saja pemerintah setempat tidak menyerah.
Pada 2016, Zhang dan keluarganya kembali ditawari apartemen beserta uang ganti rugi.
Disebabkan oleh perasaan stres selama bertahun-tahun berada di tengah jalan, Zhang dan keluarganya akhirnya setuju dengan tawaran pemerintah.
Mereka mendapat empat apartemen dan kompensasi uang senilai 2,3 juta yuan atau setara Rp 4,6 miliar.
"Mereka (petugas) menghabiskan waktu untuk berbicara dengan kami dan benar-benar memahami kondisi kami," ucap Zhang.
"Kami akhirnya tergerak oleh kesabaran mereka dan akhirnya sepakat untuk pindah," lanjut dia.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR