Find Us On Social Media :

Tradisi Seblang, Cara Sakral Masyarakat Banyuwangi Mengusir Petaka dengan Kesurupan

By Ade Sulaeman, Selasa, 12 September 2017 | 16:30 WIB

Secara tradisional sudah ada jadwal, hanya 2 kali setahun.

Pun hanya 2 desa di Kabupaten Banyuwangi yang punya tradisi ini, yakni Kelurahan Bakungan dan Desa Olehsari, Kecamatan Glagah.

Keduanya menghelat seblang secara bergantian. Di Bakungan se tiap Idul Adha, dan di Olehsari setiap usai Idul Fitri.

Perbedaan tempat dan waktu juga membedakan pelaksanaannya.

Di Bakungan hanya sekali sepanjang malam, sementara di Olehsari dilangsungkan 7 hari berturut-turut, meski seharinya berlangsung antara pukul 14.00 dan  17.00 WIB saja.

Kalau di Bakungan penarinya tetap – dari remaja sampai tua, sepanjang masih kuat - di Olehsari si penari harus seorang gadis yang masih suci, atau janda ditinggal mati suami, dan batas masa tugasnya 3 kali atau 3 tahun saja.

Di Bakungan pakaian dan atributnya boleh dimodifikasi, di Olehsari masih asli sebagaimana diwariskan nenek moyang masyarakatnya.

Misalnya, omprok (mahkota) seblang Bakungan kini terbuat dari plastik, sedangkan mahkota penari di Olehsari masih asli, terbuat dari untaian daun pisang dan dihiasi bunga rampai.

Meski begitu, kesakralan keduanya tak jauh beda.

Sama-sama memerlukan jasa janda tua yang juga kesurupan kemudian menunjuk calon penari seblang, juga sama-sama melibatkan dukun- - yang menggunakan keris, kemenyan, jampi-jampi, dan doa-doa untuk mendatangkan arwah  yang merasuki si penari, kemudian membebaskannya menjelang hajatan usai.

Bagian dari upacara bersih desa

Sejak kapan seblang ditradisikan di Banyuwangi? Tak seberapa jelas.