Find Us On Social Media :

Hebat! Dengan Modal Rp2,2 Juta, Mantan Napi Ini Meraup Omzet Ratusan Juta dari Jualan Singkong

By Agus Surono, Sabtu, 19 Agustus 2017 | 09:30 WIB

Intisari-Online.com – Karena masalah narkoba, Hardadi pun sempat mendekam sel penjara. Namun, sekeluarnya dari bui ia bertekad untuk mengubah nasibnya.

Pada 2009 Hardadi merintis usaha olahan singkong karena melihat produksi singkong melimpah di sekitar wilayahnya, Salatiga, Jawa Tengah.

Bermodal semangat yang kuat, dan dibantu istrinya, Hardadi pun melemparkan produk olahan singkong berupa singkong keju dengan label Singkong Keju D-9.

Kerja kerasnya merintis usaha dari nol itu kini berbuah manis. Produk buatannya berhasil mendapatkan perhatian konsumen dan menjadikan makanan ini oleh-oleh khas Salatiga. Kios pribadinya yang berada di Jalan Argo Wiyoto Nomor 8 A, Salatiga selalu ramai diserbu konsumen.

Kesuksesannya itu pun dilirik sebuah supermarket yang menawari Hardadi untuk memasarkan produknya di supermarket tersebut. “Saya tolak karena kami tidak bisa memenuhi syarat jumlah produk stabil," katanya pada KONTAN, Kamis (6/7/2017).

(Baca juga: Ya, Ampun! Indonesia Impor 1.200 Ton Singkong, Benarkah Pasokan dalam Negeri Tidak Cukup?)

Dari pabriknya di Ngadek, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Salatiga, dibantu 100 karyawannya, Hardadi menghasilkan produk olahan singkong mencapai tiga ton setiap hari. Bahan baku singkong diperoleh dengan menjalin kerja sama dengan empat sampai enam supplier serta petani.

Selain menjual produknya di kiosnya yang berada di Salatiga, Hardadi pun memiliki 20 reseller yang lokasinya tersebar di kota-kota besar di Pulau Jawa.

Menyasar konsumen kelas menengah, Hardadi membandrol harga jual olahan singkongnya sebesar Rp10.000 per bungkus. Dia mengaku, dalam sehari total penjualannya bisa mencapai lebih dari Rp10 juta. Bila dikalkulasi dalam sebulan, total omzet yang didapatkannya bisa mencapai ratusan juta.

Dari merayu tetangga hingga mengantar pesanan

Laki-laki asal Sragen, Jawa Tengah ini memulai usahanya dengan modal Rp 2,2 juta dari pinjaman lunak Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Uang itu ia pakai untuk membeli gerobak dan bahan baku. Untuk perlengkapan memasak ia pakai yang ada di rumah.

Meski terlihat sederhana, Hardadi harus bekerja keras untuk bisa menghasilkan singkong keju yang pulen dan gurih. Ia melakukan ujicoba berkali-kali supaya  bisa menghasilkan produk yang oke punya. Untuk mengetes rasa, ia memberi contoh olahan singkong ke keluarga dan tetangga.

Setelah menemukan ramuan yang pas, Hardadi mulai berjualan dan dibantu seorang teman. Dalam beberapa bulan pertama, jumlah produksi singkong keju itu masih kecil antara 3 kg sampai 5 kg.

(Baca juga: Singkong Goreng Aditya, Ueempuk dan Ueenaak)

Saat awal berusaha, segala jurus pemasaran dicobanya. Mulai dari merayu tetangga atau keluarga terdekat, memanfaatkan aplikasi pesan singkat untuk menjaring lokasi konsumen yang lebih jauh, sampai rela mengantarkan pesanan singkong dari para tetangga meski jumlahnya tidak banyak.

Usaha gigih dari Hardadi ini mulai membuahkan hasil. Pada 2013, ia memutuskan memindahkan gerobaknya ke rumah orangtuanya yang berlokasi di Jalan Argowiyoto, Salatiga. Sebab, jumlah pesanan  semakin membludak.

Saat itu, produksinya melonjak sampai dua kuintal per hari. Melihat itu, sang istri, Diah Kristanti memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai karyawan pabrik dan membantu sang suami.

Namanya dari blok sel

Usaha Hardadi semakin berhasil sehingga bisa membeli sebidang tanah seluas 500 m2 yang dijadikan sebagai tempat penjualan.

Rasa enak singkong keju D-9 pun menyebar melalui media sosial lewat para pembelinya.

Setelah usahanya mendapat respon positif dari pasar, Hardadi pun berinovasi agar memenangkan persaingan yang muncul setelah banyak orang yang melihat kesuksesannya.

Anak keempat dari tujuh bersaudara ini rajin menelurkan varian anyar produk singkong keju, terutama dari sisi rasa.  Kini, para pelanggan bisa mendapatkan tiga varian rasa di produk D-9, yaitu original, cokelat dan keju.

(Baca juga: Singkong, Makanan Kaya Manfaat)

Sayangnya, pasokan bahan baku masih menjadi kendala Hardadi. Ia mulai kesulitan mendapat pasokan singkong dari Salatiga sehingga mencari pasokan dari wilayah lain, seperti dari lereng Gunung Sumbing, Wonosobo, serta Magelang.

Hardadi pun tidak kemaruk dengan kesuksesan itu. Ia ingin berbagi rezeki dengan membeli bahan baku yang terbilang tinggi di Salatiga yakni sebesar Rp2.300 per kg.

Sementara untuk mengantisipasi kelangkaan pasokan, Hardadi meminta kepada petani pemasoknya untuk memberitahukan jauh-jauh hari jika mengalami gagal panen.

Ngomong-ngomong, dari mana nama singkong keju D-9 yang sudah dipatenkan itu?

Nama itu berasal dari nomor blok dan sel saat ia menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan Surakarta.

(Disarikan dari artikel di Kontan.co.id dengan judul Mantan napi yang sukses bisnis singkong keju)