Find Us On Social Media :

Mengapa Tak Ada Satu Pun Koran yang Memuat Berita tentang Proklamasi Kemerdekaan RI?

By Ade Sulaeman, Rabu, 16 Agustus 2017 | 18:00 WIB

Di atas "Makloemat" ada berita bahwa Panitia Persiapan Kemerdekaan telah bersidang pada  tanggal 18 Agustus 2605 dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia; memilih sebagai presiden RI, Ir. Soekarno dan sebagai wakil presiden Drs. Moh. Hatta;  pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Di sudut kanan bawah ada editorial yang ditulis oleh Sukarjo  Wiryopranoto, berjudul INDONESIA MERDEKA; GOAL!

Edisi tanggal 19 Agustus 2605 halaman depan memuat naskah Undang-Undang Dasar Negara Indonesia; tentang 12 kementerian yang menyelenggarakan pemerintahan.

Laporan Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan. Editorial di sudut kanan bawah berjudul Indonesia Merdeka memperkenalkan diri.

Asia Raya pamit pada hari lebaran 1945

Sebuah produk media memang tidak lepas dari orang-orang yang berada di belakangnya.

Asia Raya adalah alat propaganda Jepang. Tidak mengherankan bahwa proklamasi Indonesia yang sangat merugikan Jepang, sama sekali tidak muncul dalam koran mereka.

Pemberitaan tentang kelahiran negara Indonesia disajikan dalam bentuk yang lebih menguntungkan kepentingan mereka.

Dari pengamatan terhadap isi surat kabar ini, dapat dilihat bahwa pemerintah Dai Nippon sudah mengiming-iming untuk memberi kemerdekaan kepada Indonesia sejak awal bulan Agustus. "Sebelum jagung berbuah, Indonesia harus telah merdeka", begitu kepala berita utama tanggal 8 Agustus 1945.

Seminggu kemudian, tanggal 14 Agustus 1945, turun pula sebuah berita lain, "Sebelum jagung berbunga, Indonesia pasti Merdeka."

Dengan demikian berita tentang kemerdekaan RI seolah-olah suatu hadiah dari Jepang.

Namun, membaca Asia Raya antara 6 Agustus 2605 - 7 September 2605 tetap saja menarik.

Dari situ misalnya kita bisa mengetahui bahwa hari kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 jatuh dalam bulan puasa.

Berita pemboman Hiroshima dan Nagasaki tanggal 6 Agustus 1945 baru dimuat dalam edisi 20 Agustus 1945.

Sedang edisi tanggal 22 Agustus 1945 memuat berita utarna dalam bentuk banner. Perang di seluruh dunia telah beihenti. Sabda YMM telah diturunkan untuk memberikan jalan ke arah perdamaian di seluruh dunia.

Gedung Kesenian, Pasar Baru, Jakarta ikut pula mencatat sejarah dengan menjadi tempat persidangan Komite Nasional Pusat (Asia Raya, 29 Agustus 1945).

Pada hari itu penduduk boleh mengibarkan Sang Merah Putih. Banner headline di halaman pertama berbunyi: Hari Ini, Hari Nasional Indonesia.

Dalam edisi tanggal 30 Agustus 1945 kita bisa membaca tentang pelantikan Komite Nasional Pusat. Banner headline sangat mencolok: "Satu Bangsa, Satu Tanah Air, Satu Tekad: Tetap Merdeka".

Sedang edisi tanggal 1 September 1945 memberitakan tentang pernyataan kebulatan tekad persatuan dan kemajuan seluruh rakyat.

"Arak-arakan besar sekeliling Kota Jakarta Raya hari kemarinnya pukul 16.30, dalam rangka menyambut berdirinya Komite Nasional Indonesia. Jalan-jalan yang dilalui: Tanah Lapang Gambir, Cikini, Jl. Surabaya (rumah Bung Hatta), Pegangsaan Timur (rumah Bung Karno), Salemba, Kramat."

Seminggu kemudian, pada tanggal 7 September 1945, Asia Raya minta diri dari pembacanya.

Hari itu juga bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Banner headline di halaman pertama tercetak dalam huruf-huruf kapital: MINAL AIDIN WALFAIZIN. (Threes Susilastuti)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1990)