Find Us On Social Media :

Terpukul Mundur Sampai Dunkirk, Inggris Jadi Penasaran dengan Teknologi-teknologi Militer Nazi

By Ade Sulaeman, Rabu, 19 Juli 2017 | 18:00 WIB

Hawk 200

Intisari-Online.com - Pada awal PD II kekuatan udara Nazi Jerman menjadi kekuatan superior dalam kancah medan perang yang berlangsung di kawasan Eropa Barat.

Pesawat-pesawat tempur Luftwaffe dengan mudah merontokkan pesawat tempur Inggris dan Prancis sekaligus melumpuhkan pertahanan darat, Maginot Line, yang susah payah dibangun Prancis.

Akibatnya pasukan gabungan Inggris-Prancis terpukul mundur sampai Dunkirk dan kemudian kabur ke daratan Inggris.

Inggris sebenarnya sangat kagum dengan teknologi militer yang saat itu dimiliki oleh Nazi sehingga bisa menguasai seluruh Prancis hanya dalam waktu 6 minggu.

Para intelijen militer Inggris pun ditugasi secara khusus untuk mengincar rahasia teknologi militer yang dimiliki oleh Nazi.

(Baca juga: Misteri Terbesar Dunkirk adalah Alasan Hitler Hentikan Serangan yang Sudah Pasti Dimenanginya)

Militer Nazi Jerman memang sudah memiliki kesadaran bahwa kekuatan udara akan menjadi penentu kemenangan PD II.

Berdasar pengalaman perang saudara di Spanyol (1936-1939) dan mempelajari pendudukan Jepang atas Shanghai (1932) yang membuktikan bahwa serangan udara sangat menentukan jalannya pertempuran, Jerman pun kemudian membangun kekuatan udaranya secara besar-besaran.

Tidak hanya pesawat tempur bermesin piston, Nazi Jerman juga mengembangkan pesawat-pesawat tempur pembom bermesin jet. Melalui doktrin perang kilat blitzkrieg, Nazi Jerman sangat paham jika daya gempur dan kecepatan akan menjadi penentu sukses tempur melawan musuh yang jumlahnya lebih besar.

Upaya Luftwaffe untuk menciptakan pesawat tempur bermesin jet bukan sekedar mimpi karena dalam tempo singkat (1940-1944) pesawat tempur Nazi, khususnya Me-262 sudah bisa turun ke gelanggang medan perang.

AS dan Inggris pada saat yang sama sebenarnya juga sedang berusaha keras menciptakan jet tempur tapi dari sisi perkembangan dan siap operasional ketinggalan jauh dibandingkan proyek pesawat tempur bermesin buatan Nazi.

(Baca juga: Keputusan Adolf Hitler Membiarkan Pasukan Gabungan Inggris Mundur di Dunkirk Justru Berbuah Fatal, Inilah Awal Kehancuran Nazi)

Inggris yang menjelang akhir PD II berhasil menciptakan pesawat jet Gloster Meteor bahkan belum siap operasional menghadapi mesin-mesin perang Jerman.

 Baik AS, Inggris, Prancis, maupunm Rusia yang pada PD II bersama-sama menggempur Nazi sebenarnya sudah mengetahui adanya program rahasia Nazi, khsusnya jet tempur dan teknologi militer lainnya.

Secara inteligen militer, keempat negara itu pun memiliki misi sama untuk merampas proyek senjata rahasia Nazi setelah melumpuhkan pasukan Nazi Jerman.

Ketika pasukan Sekutu dan Rusia berhasil mendesak pasukan Nazi Jerman hingga menyeberangi Sungai Rhine, motivasi negara-negara pemenang perang PDII itu mulai berbeda.

Baik militer AS, Inggris, Prancis, dan Rusia diam-diam saling berlomba mendapatkan aset teknologi militer yang sedang dikembangkan oleh Nazi Jerman.

(Baca juga: Beda dengan Nazi Jerman, Pasukan Jepang Tidak Mengenal Berhenti ketika Bertempur sehingga Tidak Mengalami Blunder Seperti Dunkirk)

Dalam upaya mendapatkan program pengembangan teknologi militer khususnya pesawat tempur, Inggris yang secara khusus mengincar pengembangan pesawat tempur Nazi dan mengirimkan tenaga ahlinya hanya mendapatkan sediikit dokumen tapi berarti banyak.

Menjelang akhir PD II, para ahli penerbangan Inggris sedang berusaha keras menciptakan mesin jet tempur menggunakan mesin Rolls Royce tapi ternyata tidak segera mendapatkan hasil.

Pasca PD II, ketika para ahli Inggris itu mengunjungi fasilitas pengembangan pesawat tempur yang dibangun oleh Herman Goring yang juga dikenal sebagai Fasilitas Herman Goring mereka hanya bisa ternganga keheranan.

Para ahli penerbangan Inggris juga mengagumi mesin jet tempur Nazi BMW 003 yang sudah jadi yang dirancang oleh pakar penerbangan Nazi, Doktor H Oestrich.

Para ahli penerbangan Inggris mengakui hingga akhir PD II, RAF memang belum berhasil menciptakan mesin jet.

Para ahli itu bahkan mengakui bahwa rancangan serta fasilitas untuk pengembanagn pesawat di Inggris tertinggal jauh dibandingkan yang dimiliki Nazi.

Inggris kemudian membawa pulang mesin jet BMW 003 bersama perancangnya.

Fasilitas pengembangan pesawat tempur Inggris pun dibangun seperti Fasilitas Herman Goring di Farnborough dan setelah itu perkembangan teknologi penerbangan Inggris langsung berkembang pesat.

Selain Dr Oestrich, Inggris juga membawa pulang ahli teknisi terowongan angin untuk menguji pesawat Nazi, Dietrich Kuchemann yang kemudian menjadi perancang pesawat dan terowongan angin terhebat di Inggris.

Kuchemann selanjutnya mengajak bergabung mantan koleganya Johannes Weber dan Karl Doetsch dan dari tangan para ahli perancang pesawat mantan Nazi itu lahirlah proyek pesawat supersonic Inggris-Prancis, Concorde.

Para ahli penerbangan Nazi yang makin bersemangat untuk mengembangkan pesawat-pesawat tempur Inggris bahkan diangkat menjadi warga negara Inggris.

Teknologi pesawat tempur yang dibangun oleh Inggris makin berkembang pesat dan sejumlah produksi jet tempurnya, Hawk 200/209 yang merupakan pengembangan dari jer tempur Me-262, telah dibeli oleh Indonesia.

Dengan memahami teknologi militer yang pernah dibangun Nazi Jerman,Inggris akhirnya maklum kenapa pasukannya terpukul mundur secara kilat dalam peperangan di Prancis.

Tapi Inggris juga puas karena telah berhasil membalas dendam dengan cara merampas rahasia teknologi militer Nazi yang dari sisi nilai uang tak ternilai harganya.