Intisari-Online.com -Ketika Adolf Hitler sengaja membiarkan pasukan gabungan Inggris mundur secara besar-besaran ke negaranya melalui pelabuhan Dunkrik, Prancis, pada Juni 1940, banyak jenderal Nazi dan juga Sekutu yang bertanya-tanya.
Kenapa Hitler membiarkan sekitar 338 ribu pasukan gabungan Inggris melarikan diri menuju daratan Inggris Raya tanpa diserang? Apakah Hitler tidak tertarik untuk menyerang Inggris?
Tapi teka-teki pertanyaan itu akhirnya terjawab karena Hitler ternyata berencana menyerang daratan Inggris scara serius.
Semula, rencana serbuan pasukan Nazi ke Inggris akan melalui jalur laut tapi kemudian diubah menjadi serangan udara besar-besaran yang dilaksanakan oleh AU Nazi Jerman (Lutfwaffe).
Serangan udara besar-besaran yang dilancarkan pada bulan bulan Juli hingga Oktober 1940 itu dikenal sebagai Perang Udara Inggris (Battle of Britain).
Kekuatan udara Lutfwaffe yang dikerahkan untuk menaklukan Inggris lebih dari 3.500 pesawat berbagai jenis.
Sedangkan kekuatan udara Inggris (Royal Air Force/RAF) sekitar 1.100 pesawat tapi hanya 704 pesawat yang siap operasional.
Selain itu, RAF yang saat itu dipimpin Air Chief Marshal Dowding juga kekurangan pilot sehingga harus dibantu para sukarelawan dari negara persemakmuran termasuk para pilot AS, Polandia, dan lainnya.
Di atas kertas, kekuatan Luftwaffe yang saat itu dipimpin oleh Marsekal Herman Goering jelas lebih unggul dan pasti menang.
Oleh karena itu Luftwaffe yang selanjutnya melancarkan Operation Sealion untuk menaklukkan Inggris melaksanakannya dengan penuh kepongahan.
Kekuatan udara Nazi Jerman yang dikerahkan untuk menggempur Inggris berangkat dari daratan Prancis untuk selanjutnya melintasi Selat Inggris dan terus terbang menuju daratan Inggris.
Ketika sudah terbang di atas udara Selat Inggris, konvoi pesawat-pesawat tempur Nazi yang memiliki formasi standar, pesawat-pesawat pengebom yang dikawal pesawat-pesawat fighter, segera dihadang RAF dan dogfight sengit pun tak bisa dihindari lagi.
Video Battle of Britain:
Pesawat-pesawat RAF yang terdiri atas Spitfire dan Hurricane bisa melaksanakan penyergapan secara efektif karena kekuatan udara Inggris telah dilengkapi radar sehingga setiap kehadiran pesawar-pesawat Nazi Jerman segera bisa terdeteksi.
Selain itu RAF juga menemukan taktik baru untuk melawan pesawat-pesawat Nazi, penyergapan baru dilakukan ketika konvoi pesawat musuh mulai mendekati daratan Inggris.
Dalam kondisi seperti itu pesawat-pesawat Nazi, khususnya pesawat fighters bahan bakarnya sudah terbatas dan hanya bisa melaksanakan dogfight secara singkat.
Tanpa kawalan yang cukup pesawat-pesawat pengebom Nazi akhirnya menjadi sasaran empuk bagi fighter RAF. Ratusan pesawat Luftwaffe pun berhasil dirontokkan oleh pilot-pilot RAF.
Hingga memasuki bulan Agustus, RAF telah berhasil merontokkan 367 pesawat Luftwaffe.
Sedangkan RAF sendiri hanya kehilangan 183 pesawat dalam dogfight di udara dan 30 pesawatnya lainnya hancur diserang pesawat Luftwaffe sewaktu masih berada di darat.
Dengan jumlah pesawat tempur mencapai 550 unit yang rontok dari kedua belah pihak dan hanya berlangsung kurang dari satu bulan, dogfight dalam Battle of Britain betul-betul luar biasa.
Memasuki bulan Oktober, tanda-tanda kekalahan Luftwaffe dalam Battle of Britain makin tampak setelah lebih dari 1.700 pesawatnya rontok.
Marsekal Goering dengan penuh kekecewaan dan amarah akhirya terpaksa menghentikan kampanye serangan udara ke Inggris karena khawatir kekuatan udara Luftwaffe akan mengalami kehancuran.
Suatu kehancuran fatal yang seharusnya tidak terjadi jika Hitler tidak menghentikan gempurannya kepada pasukan gabungan Inggris yang sedang susah payah mengundurkan diri lewat Pelabuhan Dunkirk.
Secara militer Inggris telah memenangkan Battle of Britain pada saat paling kritis mengingat saat itu sudah kekurangan pilot dan hanya mengandalkan para sukarelawan.
Dalam misi tempurnya di atas udara Inggris, kadang sama sekali tak ada pilot RAF warga Inggris sehingga secara politis hingga era terkini, Inggris betul-betul sangat menghargai para pilot sukarelawan yang telah bertempur bagi bangsa dan negaranya.
Kemenangan pertempuran udara dalam Battle of Britain bahkan menjadi titik balik (turning point) Sekutu untuk memenangkan peperangan di Eropa.
Mirip dengan turning point militer AS saat mengalahkan pasukan Jepang di Midway yang juga menjadi modal untuk memenangkan peperangan di kawasan Asia Pasifik.