Find Us On Social Media :

Niat Hati Balas Dendam Atas Kekalahan di Dunkirk, Inggris Justru Harus Membayar Sangat Mahal

By Ade Sulaeman, Rabu, 19 Juli 2017 | 13:00 WIB

Serbuan Inggris ke Dieppe

Berbagai serangan komando juga dimanfaatkan sebagai ajang latihan bagi invasi besar di kemudian hari. Serangan komando paling besar dan berhasil adalah terhadap pangkalan laut Jerman di Saint-Nazaire oleh 680 pasukan komando dan pelaut Inggris pada 28 Maret 1942.

Serangan ini menghancurkan satu-satunya dok kering yang ada di sepanjang pantai Atlantik.

Padahal hanya dok inilah yang mampu melayani kapal tempur terbaru dan terbesar Jerman, Tirpitz.

Akibatnya kapal ini tidak berani keluar ke Atlantik untuk ikut menggempur konvoi armada transpor Sekutu.

Tetapi keberhasilan serangan atas Saint-Nazaire ini menimbulkan kesan menyesatkan. Seolah-olah setiap serangan yan bersifat pendadakan/berdaya kejut, akan mampu mendobrak pelabuhan atau pangkalan laut musuh sekalipun dijaga ketat.

(Baca juga: Keputusan Adolf Hitler Membiarkan Pasukan Gabungan Inggris Mundur di Dunkirk Justru Berbuah Fatal, Inilah Awal Kehancuran Nazi)

Perkembangan perang di daratan Eropa menunjukkan Hitler terus berusaha membinasakan Uni Soviet/Rusia.

Stalin pun terus mendesak dibukanya front kedua di Eropa Barat, guna mengurangi tekanan Jerman terhadap Rusia.

Pembukaan front baru berarti Sekutu harus melakukan invasi besar-besaran terhadap Eropa Barat. Karena itu Kepala Staf AS Jenderal George C. Marshall memerintahkan perencanaan invasi darurat ke Perancis.

Jenderal Eisenhower lalu menyusun dua perencanaan lewat Operasi Sledgehammer dan Operasi Roundup.

Namun rencana ini ditolak Inggris yang beranggapan Jerman tahun 1942 masih terlalu kuat, dan Sekutu belum mampu melancarkan invasi ke Eropa. Sebagai gantinya, Inggris mengusulkan invasi lebih kecil di Afrika Utara, yang akan dipimpin oleh Eisenhower.

Namun gagasan membuka front kedua di Eropa Barat tidak pernah ditinggalkan, bahkan terus disiapkan.