Find Us On Social Media :

Niat Hati Balas Dendam Atas Kekalahan di Dunkirk, Inggris Justru Harus Membayar Sangat Mahal

By Ade Sulaeman, Rabu, 19 Juli 2017 | 13:00 WIB

Serbuan Inggris ke Dieppe

Intisari-Online.com - Ketika pada 4 Juni 1940, tatkala 338.000 pasukan Inggris harus dievakuasi dari Dunkirk, maka PM Winston Churchill dengan berapi-api menegaskan, “Inggris akan terus bertempur. Jika perlu sampai bertahun-tahun…bahkan kalau pun harus sendirian….We shall go back !”.

Itulah janji dan komitmen Churchill untuk kembali ke daratan Eropa, merebutnya kembali dari penguasaan Jerman Nazi. Operasi tempur untuk balas dendam pun segera dirancang dan digelar oleh Inggris.

Pada 19 Agustus 1942, asukan Divisi Ke-2 Kanada yang berpangkalan di Sussex, Inggris, diam-diam menyeberangi selat yang memisahkan Inggris dengan daratan Eropa.

Pasukan yang berkekuatan 6.000 orang ini, termasuk sejumlah pasukan komando Inggris, ditugaskan menyerang kota pelabuhan Dieppe di Perancis.

Setelah menguasai Dieppe dan menghancurkan fasilitas militer Jerman , mereka akan balik ke pangkalannya, meninggalkan pasukan Jerman yang diperkirakan masih terkejut oleh serangan atau raid tak terduga tadi.

(Baca juga: Misteri Terbesar Dunkirk adalah Alasan Hitler Hentikan Serangan yang Sudah Pasti Dimenanginya)

Seketika itu para perencana di War Office pun mulai merancang upaya menyerang wilayah yang diduduki Jerman. Diawali dengan serangan kecil-kecilan oleh satuan komando, seperti pada 23 Juni tatkala sepasukan komando Inggris menyerang Boulogne di pantai Perancis.

Serangan yang dilancarkan hanya sehari setelah Perancis minta penghentian perang dengan Jerman itu, memang tidak begitu berhasil. Pasukan ini gagal membawa tawanan atau memperoleh informasi yang berharga.

Kembalinya ke pangkalan mereka pun kacau, keliru mendarat di pelabuhan lain. Akibanya mereka dikira desertir dan sempat ditangkap oleh polisi militer.

Namun walau kurang sukses pada uji coba pertama itu, raid komando terus dilancarkan terhadap wilayah yang dikuasai musuh, seperti Perancis, Norwegia, Italia, dan Libya.

Tujuan raid itu terbatas, sekadar menghancurkan tempat pertahanan musuh, merusak pabrik atau fasilitas penting lainnya, menangkap tawanan untuk dikorek informasinya, serta meningkatkan moril Sekutu.

(Baca juga: Beda dengan Nazi Jerman, Pasukan Jepang Tidak Mengenal Berhenti ketika Bertempur sehingga Tidak Mengalami Blunder Seperti Dunkirk)