Find Us On Social Media :

Hanya Firasat atau Kebetulan? Ketahuilah, Misteri Alam Semesta Terlalu Luas untuk Digali dengan Akal Manusia

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 11 Juni 2017 | 18:00 WIB

Tenggelamnya kapal Titanic seolah sudah diprediksi sebelumnya

Di lain pihak para peneliti modern membagi peristiwa  kebetulan dalam beberapa kategori. Salah satunya berupa peringatan akan adanya bahaya atau bencana.

Sayangnya, jarak antara kejadian dengan peringatan itu lama sekali, sehingga orang sering mengabaikan, bahkan tidak mengenalnya.

(Baca juga: Artefak Ini Ungkap Temuan Mengerikan dari Sekoci Terakhir Kapal Titanic)

Seperti kasus tiga buah kapal, Titan, Titanic dan Titanian. Di tahun 1898, penulis Amerika Morgan Robertson membuat novel tentang kapal layar raksasa yang diberi nama Titan.

Diceritakan kapal ini tenggelam dalam pelayanan perdana di  Laut Atlantik di malam bulan April, karena menabrak gunung es.

Empat belas tahun kemudian, sebuah bencana laut terbesar benar-benar terjadi. Titanic tenggelam di malam bulan April yang dingin, setelah menabrak gunung es,  dalam pelayaran perdana.

Setelah diteliti, ternyata persamaan tidak hanya sampai di situ saja. Kedua kapal itu, baik yang fiksi maupun yang nyata, mempunyai daya muat sama dan bencananya pun terjadi di laut yang sama.

Kedua kapal itu diberi predikat "tak murigkin tenggelam" dan tidak memiliki sekoci yang memadai.

Antara "kebetulan" dan "pertanda"

 Lewat cerita-cerita aneh tentang" Titanian, Titan serta Titanic, peristiwa "kebetulan" mulai dipikirkan orang. Kisah kapal  lain bernama Titanian pun tak jauh-berbeda.

Di malam bulan April 1935, saat Titanian mengisi bahan bakar dalam trayek Tyne - Kanada, awak kapal William Reeves merasakan semacam firasat.

Entah mengapa hati Reeves  berdebar-debar ketika Titanian mendekati lokasi hilangnya dua buah kapal yang lain. Bisakah Reeves menghentikan kapalnya hanya dengan alasan "firasat"?