Find Us On Social Media :

CSAR: Misi Penuh 'Gaya' Demi Selamatkan Personil yang Nilainya Jauh Lebih Mahal dari Senjata Termahal Sekalipun

By Ade Sulaeman, Kamis, 11 Oktober 2018 | 13:45 WIB

Intisari-Online.com - Tak salah jika awam kerap mengasosiasikan pasukan khusus dengan kontrateror. Padahal pasukan khusus tak melulu berhadapan dengan teroris. Tak semuanya berurusan dengan ranah terorisme.

--

Ulasan kali ini secara tidak langsung menjawab request beberapa pembaca Commando perihal diangkatnya profil pasukan khusus yang melakoni misi penting dan tak kalah berbahaya dibanding menghadapi teroris, yaitu misi CSAR.

Misi pencarian dan penyelamatan personel di medan tempur atau lazim dikenal SAR Tempur atau CSAR/Combat SAR (Search And Rescue) merupakan misi yang penuh tantangan dan kerap menghadapi bahaya tak kecil.

Baca Juga : HUT TNI: Ini 6 Pasukan Khusus TNI dengan Kemampuan Tempur di Atas Rata-rata

Di kalangan militer, penyelamatan personel tergolong prioritas tinggi karena nilai sumber daya manusia tidaklah terukur. Bukan berarti peralatan tidak penting. Bagaimanapun, alutsista yang jatuh atau rusak terdampar di medan tempur tetaplah bisa diganti dengan yang baru.

Kalaupun dalam alutsista bersangkutan terdapat peralatan dengan teknologi sensitif atau rahasia, ada solusi cepat yaitu melakukan demolisi atau bahkan membom reruntuhannya dari udara sehingga hancur.

Beda dengan personelnya. Mendapatkan sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi tempur tidaklah mudah. Selain biaya pendidikan personel mahal, proses pencetakannya mulai dari taruna militer hingga jadi personel siap tempur pun makan waktu.

Baca Juga : Laiknya Superman, Pasukan Khusus TNI Juga Punya Kemampuan Super tapi Hanya Digunakan dalam Waktu Singkat

Apalagi mencari dan menjaring bibit-bibit muda yang terbilang sulit. Kesimpulannya, sumber daya manusia yang ada tentulah wajib dijaga baik-baik.

Misi CSAR merupakan pengejawantahan pemeliharaan sumber daya manusia yang tak ternilai tersebut. Tak banyak negara yang memiliki dan mampu memelihara kapabilitas CSAR kredibel.

Selain AS yang terkenal dengan unit-unit khusus CSAR, Perancis juga memiliki unit khusus yang didedikasikan untuk misi-misi CSAR, yang dalam terminologi Perancis dikenal dengan RESCo (Recherche et Sauvetage au Combat).

Sebelum melangkah lebih jauh, ada satu benang merah misi RESCo di mana eksekusi misi umumnya dilakukan oleh dua lakon beda matra yaitu unit pasukan khusus dan unit skadron heli khusus.

Bahkan dalam kasus AS, misi CSAR terintegrasi juga menyertakan satuan tempur udara AU AS berkualifikasi AS (close air support) entah dalam bentuk jet serang darat A-10 Thunderbolt II, gunship AC-130 atau bila perlu jet tempur F-15E atau F-16 (jika CAS tidak tersedia di sekitar).

Dalam jajaran angkatan bersenjata Perancis, beberapa pasukan khusus terkadang memasukkan RESCo sebagai salah satu mata latihan. Namun secara khusus RESCo merupakan makanan Brigade Aerienne des Forces de Securite et d'Intervention (BAFSI) atau juga dikenal dengan Fusiliers Commandos de l'Air.

Satuan yang kurang lebih ekuivalen dengan USAF Security Forces (AS) atau Paskhas TNI AU (Indonesia) tersebut kerap didukung skadron heli khusus RESCo yaitu Escadron d'Helicopteres (EH) 1/67 Pyrenees.

Baca Juga : Dijuluki 'Fatal Beauty', Inilah Tentara Wanita Rusia dari Pasukan Khusus Spetsnaz yang Cantik Sekaligus Berbahaya

BAFSI

BAFSI merupakan prajurit AU Perancis yang dilatih dan berkemampuan dasar seperti layaknya infanteri AD Perancis. Bedanya, prajurit BAFSI mendapat pelatihan khusus untuk melakoni tugas yang khas berhubungan dengan matra udara.

Setidaknya ada tiga misi yang merupakan menu wajib personel Fusiliers Commandos de l'Air yaitu pengamanan personel, alutsista hingga fasilitas infrastruktur milik AU Perancis, misi SAR Tempur serta membantu unit lain dalam operasi militer bukan perang (penanganan bencana alam atau SAR sipil).

Secara struktur organisasi, BAFSI terdiri dari tiga komponen utama yaitu Escadron d'Instruction des Commandos de l'Air (Air Force Commando Training Squadron), Escadrons de Protection (Guard Squadrons) dan Commandos Parachustistes de l'Air ( Air Force Paratrooper Commandos).

Komponen terakhir inilah yang kebagian peran melakoni misi RESCo. Persisnya, misi SAR Tempur tersebut merupakan tugas utama Commando Parachutiste de l'Air no 30 (CPA 30).

Satuan khusus yang bermarkas di Bordeaux inilah yang melekat dengan Escadron d'Helicopteres (EH) 1/67 Pyrenees kala melakoni misi RESCo. Menilik kualifikasinya, personel CPA 30 kurang lebih sepadanan USAF Pararescue atau yang lebih dikenal dengan PJ (Parajumpers).

Baca Juga : Pernah Berperang Melawan Pasukan Khusus Inggris, Kostrad Mudah Saja Menumpas Gerakan 30 September (G30S)

Pyrenees

Escadron d'Helicopteres (EH) 1/67 Pyrenees merupakan skadron helikopter AU Perancis yang didedikasikan untuk misi CSAR / RESCo, kendati unit ini juga siap digerakkan untuk misi lain seperti SAR sipil, tanggap darurat bencana alam hingga misi dukungan tembakan dari udara.

Kendati peran utamanya RESCo, debut perdana skadron khusus ini justru SAR sipil, persisnya ketika EH 1/67 membantu pencarian korban banjir di Gers tahun 1979.

Skadron yang bermarkas di BA (base aerienne / pangkalan udara) -120 Commandant Marzac di Cazaux, Gironde, Perancis ini sejatinya sudah mengakar sejak berakhirnya konflik di Aljazair pada 1962, meski nama Pyrenees baru diadopsi Mei 1975 seiring pergantian desainasi skadron menjadi EH 1/67.

Sekitar setahun sebelumnya, unit yang tadinya berkode EH 01068 ini mulai menerima heli SA330 Puma buatan Aerospatiale. Heli itu diganti dengan varian yang khusus dimodifikasi untuk misi RESCo, dan mulai diserahterimakan pada 1986. Kelengkapan khusus yang ditambahkan meliputi perangkat hoist dan lampu sorot berkekuatan tinggi, serta peralatan bantu lihat malam atau night vision.

Debut tempur Pyrenees dilakoni tatkala unit ini tergabung dalam kekuatan koalisi pimpinan AS dalam Perang Teluk 1991.

Kala itu Pyrenees bersama-sama dengan unit serupa dari RAF Regiment (Inggris) dan USAF Pararescue (AS) ditugasi untuk siaga sewaktu-waktu dipanggil menjalani misi CSAR. Dalam Perang Teluk 1991, EH 1/67 disiagakan di Al Asha, Arab Saudi.

Lepas Perang Teluk, Pyrenees kian sibuk dan dipercaya melakoni misi-misi RESCo mulai dari palagan di Semenanjung Balkan, Lebanon hingga beberapa operasi di Afrika seperti di Rwanda (1994), Uganda (2003), Kongo (2003), Pantai Gading (2007), Mali (2013) dan bahkan sempat dikirim ke Afghanistan dan tergabung dalam kontingen ISAF.

Di Afghan, EH 1/67 sempat melakoni misi fire support tatkala membantu kontingen Perancis yang diserang sekelompok insurjen Taliban pada 2008.

Tahun 2011 tatkala Perancis ikut serta dalam operasi militer di Libya, EH 1/67 ikut dikirim sebagai elemen pokok RESCo dan ditempatkan di dua kapal perang Perancis kapal induk Charles de Gaulle dan kapal serbu amfibi Mistral.

Satu siklus latihan EH 1/67 -bagi prajurit maupun pilotnya- biasanya berlangsung sekitar dua minggu. Diawali terbang dasar serta pengenalan prinsip dasar RESCo, pelatihan dibuat berjenjang hingga hari terakhir di mana tantangan seabrek dibenamkan dalam skenario latihan.

Sebut saja misi di tengah pekatnya malam, saat cuaca buruk dan di kawasan pegunungan atau bahkan di kawasan perairan.

Kini kekuatan utama EH 1/67 bertumpu pada armada campuran SA-330Ba Puma dan H225M Caracal. Sekadar catatan, restrukturisasi dan perubahan pabrikan dari Eurocopter menjadi Airbus Helicopters membuat kode desainasi Caracal pun berubah dari EC-725R menjadi H225M.

Bisa ditebak, untuk misi-misi berbahaya dan jarak jauh, yang dikirim adalah H225M Caracal, sementara untuk misi yang tidak terlalu menuntut, Puma tetap dipercaya.

Fitur Caracal terbilang canggih. Selain sudah dilengkapi batang pengisian bahan bakar di udara (di sisi kanan kokpit), Caracal dilengkapi EWR-99 FRUIT radar warning receiver, laser warning receiver dan missile approach warning system yang terintegrasi.

Keamanan operasi di wilayah perairan pun terjamin berkat emergency otation system yang mampu beroperasi hingga kondisi sea-state 6 (ombak setinggi 4-6 meter). Sementara proteksi awak dan penumpangnya didapat dari penambahan armor plate pada bagian kokpit maupun kabin, serta multi function turret yang dilengkapi FLIR dan LLTV.

Perangkat komunikasi ditingkatkan keamanannya dengan sistem radio komunikasi terenskripsi. Tentu saja kelengkapan standar seperti hoist, lampu sorot dan senapan mesin FN kaliber 7,62mm.

Satu catatan menarik perihal unit RESCo Perancis adalah penampilan personel maupun alutsistanya yang senantiasa selalu diusahakan sebersih dan serapi mungkin. Tak hanya tampilan, kesiapan alutsistanya pun termasuk tertinggi di antara kesatuan AU Perancis.

Satu prestasi tersendiri mengingat usia SA 330Ba Puma yang sudah tidak bisa disebut muda lagi. Dan seolah tak mau lepas dari predikat negeri mode dan seni, sampai untuk misi penyelamatan pun estetika tampilan senantiasa dijaga oke.

Rupanya selain siap tempur, dalam misi penyelamatan pun tak dilarang untuk tampil penuh gaya, bersih, dan rapi.

Artikel ini ditulis oleh Antonius KK di majalah Commando edisi No. 1 TH.XII 2016 dengan judul asli "RESCo: Menyelamatkan dengan Gaya".

Baca Juga : Inilah Den Harin, Pasukan Khusus Paling Misterius yang Dianggap Lebih Hebat dari Kopassus