Advertorial

Saat Bung Karno Terpikat Pramugrari Cantik: 'Aslinya Lebih Cantik dari Lukisan!'

Moh. Habib Asyhad
Intisari Online
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Wanita cantik yang bikin Bung Karno kesengsem itu bernama Kartini Manoppo, putri keluarga bangsawan di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Wanita cantik yang bikin Bung Karno kesengsem itu bernama Kartini Manoppo, putri keluarga bangsawan di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.

Intisari-online.com -Pada suatu hari di tahun 1959, pelukis Basuki Abdullah mengadakan pameran lukisan.

Sukarno yang punya darah seni tinggi tentu tak mau melewatkannya.

Tiba di depan salah satu lukisan yang dipamerkan, Sukarno terpana.

Dia terkagum-kagum atas kecantikan wanita yang ada di lukisan tersebut.

Sukarno mengaku langsung jatuh cinta.

Dia lalu bertanya kepada Basuki, siapakan sosok wanita di lukisan tersebut.

Baca Juga : Foto-foto Bung Karno dan Jakarta di Tahun 1966, Berwarna dan Tajam!

Basuki pun menjawab bahwa model yang dilukisnya adalah salah satu pramugari Garuda Indonesia.

Bung Karno lantas meminta nama dan alamatnya.

Wanita cantik tersebut bernama Kartini Manoppo, putri keluarga bangsawan di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.

Sebagai presiden, mudah saja bagi Sukarno untuk mengatur pertemuan dengan seorang pramugari.

KAGET SAMPAI GEMETAR

Pada suatu hari, seperti termaktub dalam bukuBung Karno! Perginya Seorang Kekasih, Suamiku, & Kebanggaanku, Kartini diminta untuk ikut penerbangan ke Surabaya.

Beberapa jam sebelum take off, seorang pejabat tinggi bertanya, “Siapa yang bernama Kartini Manoppo?” Kemudian Kartini diajak menghadap Bung Karno.

Kartini gemetar dan gugup. Salah apa dirinya kok sampai harus dihadapkan ke presiden.

Kartini semakin terkejut ketika mendengar kalimat yang diucapkan Bung Karno saat berhadap-hadapan dengannya.

“Kamu Kartini Manoppo? Wah aslinya lebih cantik dari lukisannya.”

Sejak itu,setiap si Bung Besar melakukan kunjungan ke luar negeri, Kartini selalu diikutsertakan sebagai pramugari.

Baca Juga : Misteri Janda Perawan Bung Karno

Pada 1959, Indonesia akan mengirim utusan ke Pasific Festival di San Francisco, AS. Sukarno meminta Sekneg mengirim Kartini sebagai wakil Indonesia.

Tentu saja pihak Sekretaris Negara (Sekneg) kelimpungan. Sebab saat itu Kartini sudah keluar dari Garuda.

“Apa tidak boleh diganti orang lain?” tanya Sekneg.

“Harus Kartini Manoppo yang berangkat,” tegas Sukarno.

Sebelum berangkat ke AS, Kartini diminta datang ke Istana. Di sana dia bertemu dengan Bung Karno yang habis mencukur rambut dan mengenakan piyama biru.

Bung Karno memberi petunjuk apa saja yang mesti dilakukannya selama mengikuti festival.

Pria karismatis ini juga berkata, “Di tangan kamu itu adalah Indonesia, kamu harus jadi wakil yang baik.”

Kartini pun mengangguk. Kemudian Bung Karno mengajaknya berbincang ke ruang tamu. Di ruangan tersebut tiba-tiba Bung Karno mengutarakan perasaan cintanya.

Saking kagetnya, Kartini sampai gemetar. “Saya minta waktu, Pak,” jawab wanita kelahiran 1939 ini.

“Tidak,” kata si Bung Besar, “Sekarang juga saya minta kepastian darimu, ya atau tidak.”

Kartini bingung luar biasa. Ya atau tidak, ya atau tidak. Akhirnya Kartini menjawab, iya. Namun ia minta syarat, semua diperjelas menanti kepulangannya dari AS.

Baca Juga : Mun'im Idries Membantah Sebab Kematian Bung Karno Versi Ny. Ratna Sari Dewi

MELAHIRKAN DI JERMAN

Sepulang dari AS, Kartini akhirnya menikah dengan Bung Karno. Dalam hal inikeduanya tidak menikah secara resmi, hanya menikah siri.

Sebab keluarga Kartini yang sangat terpandang awalnya tidak menyetujui. Pantang bagi mereka putri kesayangannya menjadi istri kelima, meski pria tersebut seorang presiden.

“Itulah kenapa saya tidak menikah secara resmi dengan Bung Karno,” ujar Kartini seperti dikutip dari bukuBung Karno! Perginya Seorang Kekasih, Suamiku, & Kebanggaanku.

Dari Kartini, Bung Karno mendapat seorang putra yang dinamainya Totok Suryawan Sukarnoputra. Anak tersebut lahir pada 17 Agustus 1967 di Nurenberg, Jerman.

Saat Kartika hamil, Bung Karno memang menyuruh istrinya tersebut melahirkan di Jerman.

Sebab saat itu kondisi politik tidak kondusif, dan Bung Karno berada di akhir era kekuasaannya.

Sebenarnya Bung Karno melarang Kartini pulang ke Indonesia sampai dia memberikan lampu hijau.

Namun karena rindunya terhadap Indonesia dan Bung Karno tak tertahankan, setelah anaknya lahir, Kartika nekat pulang ke Indonesia.

Artikel Terkait