Find Us On Social Media :

Nelson Mandela: Tidak Dendam Meski Harus Menghitung Hari di Penjara Selama Puluhan Tahun

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 29 September 2018 | 15:45 WIB

Tahun 1990 ia dibebaskan. Setahun kemudian, ia terpilih sebagai Presiden African National Conggres (ANC), organisasi politik tempatnya bernaung. Karena perjuangannya melawan apartheid, pada 1993 ia bersama Frederik Willem de Klerk, Presiden Afrika Selatan saat itu, meraih hadiah Nobel Perdamaian.

Pemilu yang digelar pada tahun berikutnya mengantarkan pasangan peraih Nobel tersebut sebagai Presiden dan Wakil Presiden Afrika Selatan selama 5 tahun (Mei 1994 - Juni 1999).  Sebagai presiden, Mandela berhasil membangun demokrasi di negerinya.

Anak dari pasangan Gadla Henry Mphakanyiswa-Nosekeni Fanny ini dilahirkan 18 Juli 1918 di Mvezo, sebuah desa kecil di tepi Sungai Mbashe, di distrik Umtata, ibukota Transkei.

Baca Juga : Tentang Tanda ‘X’ di Geografi Batin Mandela yang Tertanam Abadi di Rumah Lamanya

Ketika berusia 9 tahun, Mandela kecil pindah ke Qunu untuk sekolah. la menjadi anak pertama dari keluarganya yang mendapat pendidikan formal.

Ketika sekolah inilah ia mendapat nama Nelson dari gurunya yang seorang Metodis. Ketika berusia 16 tahun, ia masuk Clarkebury Boarding  Institute untuk belajar budaya Barat.

Pada 1934, ia memulai program Bachelor of Arts (B.A.) di Fort Hare University, dimana ia  bertemu Oliver R. Tambo yang menjadi teman dan koleganya yang setia. Setelah menentang kebijakan universitas dan diminta keluar, ia pindah ke Johannesburg dimana ia menyelesaikan program B.A. jarak jauh.

Lalu, ia melanjutkan kuliah di University of South Africa setelah belajar hukum di University of  the Witswatersrand.

Baca Juga : Kisah Menyentuh Nelson Mandela, Selalu Ada Sisi Lain di Balik Sisi Jahat Manusia

Sementara kuliah, ia masuk dunia politik dengan bergabung di ANC pada 1942. Ketika ANC meluncurkan kampanye untuk menentang produk-produk hukum yang tidak adil pada 1952, ia dipilih sebagai ketua relawan kampanye.

Kampanye penentangan tersebut dipahami sebagai kampanye perlawanan masyarakat sipil yang menggelinding seperti bola salju. Intinya para relawan, lalu melibatkan masyarakat banyak, hingga memuncak di perlawanan massal.

Karena kegiatannya itu, ia beberapa kali ditangkap dan ditahan. Pada 5 Agustus 1962 Mandela ditangkap dan ditahan di Johannesburg Fort. Aktivis lainnya, Walter Sisulu, Raymond Mhlaba, Govan, Kathy, Andrew Mlangeni, dan Elias Motsoaledi juga mengalami nasib yang sama dengan Mandela.