Find Us On Social Media :

Makam Ramai Dikunjungi, Jabatan Kuncen pun Terpaksa 'Dilelang' Agar Tak Jadi Rebutan

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 27 September 2018 | 16:00 WIB

"Mungkin, diam-diam juga ada wartawan yang datang ke sini ha ... ha ... ha ...," tambah Suhendy, sekretraris Desa Tambi.

Mereka datang dari berbagai wilayah, terutama Jawa Barat, seperti Indrdmayu, Subang, Karawang, Tasikmalaya, serta Jawa Tengah. "Yang dari Jakarta juga banyak," tambah Udin. Namun tak sedikit pula yang datang dari Madura, Sumatra, dan Kalimantan. "Pernah ada juga peziarah yang datang dari Malaysia," tambah H. Mustofa.

Tercapai atau tidak permohonan mereka yang berziarah ke makam Buyut Tambi, menurut pengamatan Suhendy yang rumahnya bersebelahan dengan kompleks makam, tidak sulit diketahui.

Yang tidak berhasil, umumnya tidak nongol-nongol lagi. Tetapi, "Tidak sedikit peziarah yang nampaknya terkabul permohonannya. Pernah ada peziarah yang dulu sewaktu datang, cuma berbekal handuk dan sarung. Ketika balik lagi ke sini, sudah bersedan. Kaget juga saya!"

Baca Juga : Di Balik Kemegahannya, Kota New York Ternyata Dibangun di Atas Makam Budak Afrika

Selain itu tidak terhitung yang kembali lagi untuk mengadakan semacam syukuran karena keinginannya terkabul dengan membawa kambing, makanan, atau barang lainnya sebagai tanda syukur.

Setiap pengunjung mesti membayar Rp 1.000,- per orang kepada Udin, si penerima tamu. Dana yang terkumpul dari -"tiket masuk" ini dimanfaatkan untuk membayar listrik dan perbaikannya. Sisanya  menjadi hak Udin sebagai upah kerja.

Kepada mereka yang menginap, dikenakan biaya. Namun, Udin enggan menyebutkan besarnya biaya itu. "Ya, kadang-kadang ada yang membawa beras," jelas pemuda asli Tambi lulusan SMTA tahun 1992 itu.

Urusan masak-memasak untuk keperluan tamu, menjadi tugas istri pak kuncen. Mereka yang menginap biasanya menjalani laku puasa. Umpamanya tidak  makan-minum selama 3 hari berturut-turut, cuma makan nasi putih, ketan, pisang, ubi, singkong, atau cengkaruk (gorengan nasi kering).

Baca Juga : 800 Makam Mesir Kuno Ini Ditemukan Arkeolog Di Antara Dua Piramida, Milik Siapa?

Ketika pulang, peziarah biasanya meminta air pada kuncen gentong, juru kunci yang khusus bertugas menyediakan air "suci", untuk diminum sesampai di rumah. Air tersebut diambil dari sumur  tua, ± 500 m dari lokasi makam dan dijaga oleh seorang kuncen.

Menurut cerita dari mulut ke mulut, sumur itu milik Buyut Tambi dan dianggap sumur tertua di desa itu. Menurut tradisi, air harus diambil oleh seorang gadis cilik berusia sekitar 10 tahun, didahului upacara doa oleh kuncen sumur.