Find Us On Social Media :

Tan Malaka yang Berjuang dengan Berganti-ganti Nama Akhirnya Meninggal di Tangan Kawan Seperjuangannya

By K. Tatik Wardayati, Senin, 24 September 2018 | 22:00 WIB

Ketika Soekarno dan Hatta, sebagai pengurus Pusat Tenaga Rakyat (Putera), berkunjung ke  Bayah pada tahun 1944, Tan Malaka menjadi anggota panitia penyambutan.

Pertanyaannya kepada Soekarno mengenai kemerdekaan Indonesia malah sempat membuat Soekarno marah. Ketika kelompok Soekarno dan Hatta masih meyakini bahwa kemerdekaan Indonesia akan diberikan oleh Jepang.

Baca Juga : Jalan Hidup Sepak Bola Tan Malaka

Tan Malaka bersikukuh bahwa kemerdekaan harus direbut dengan kekuatan rakyat Indonesia. Beberapa kali sebagai llyas Hussein ia diutus ke Jakarta untuk menjadi utusan Bayah dalam pertemuan-pertemuan dengan para politisi.

Kedoknya terbuka

Di mata para aktivis, Tan Malaka merupakan pribadi amat kharismatik. Saking kharismatiknya, ketika ia masih menggunakan nama samaran llyas Hussein, di Jakarta sering muncul orang-orang yang mengaku sebagai dirinya!

Betapa Tan Malaka memiliki banyak pengikut, terutama di Jakarta. Namun demikian, meskipun sebagian aktivis perjuangan di Jakarta sudah sering bertemu dengan dia, tak seorang pun mengenalinya.

Baca Juga : Pahlawan Nasional Tan Malaka; Menghilang Sampai Akhir Hayat

Kedok Tan Malaka mulai terkuak manakala ia bertamu ke rumah Soebardjo pada tanggal 25 Agustus 1945, satu minggu setelah Indonesia merdeka.

Dalam otobiografinya Soebardjo menuliskan tentang pertemuan itu: "... Ketika saya mendekatinya, saya kaget, 'Wah, kau Tan Malaka,' kata saya. "Saya kira kau sudah mati ...," Tan Malaka menjawab, "Alang-alang toh tak dapat musnah kalau tidak dicabut dengan akar-akarnya."

Kemerdekaan yang dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945 nyaris terasa tanpa gairah dan sepi. Di beberapa tempat proklamasi kemerdekaan memang disambut dengan gembira tetapi serasa tanpa roh.

Sementara itu Sekutu mulai mendarat di Jakarta tanggal 9 September 1945 untuk melucuti tentara Jepang.