Find Us On Social Media :

Tan Malaka yang Berjuang dengan Berganti-ganti Nama Akhirnya Meninggal di Tangan Kawan Seperjuangannya

By K. Tatik Wardayati, Senin, 24 September 2018 | 22:00 WIB

 

Intisari-Onlien.com – Sosok Tan Malaka terasa remang-remang, dari awal hingga akhir. Demi Indonesia merdeka, ia rela keluar-masuk berbagai negara agar tak ditangkap polisi rahasia Belanda. la punya banyak nama alias, agar bisa berekspresi tanpa dicurigai.

la sempat tak dikenali rekan-rekan seperjuangannya, meski sudah bertahun-tahun kembali ke Indonesia. Tan Malaka memang seorang pejuang spesialis bawah tanah, bahkan sampai akhir hayatnya.

Tulisan Purnawan Basundoro ini mengungkapkan bagaimana sepak terjang Tan Malaka, salah satu bapak bangsa negeri Indonesia ini, seperti dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 2009, dengan judul Tan Malaka Spesialis Bawah Tanah.

--

Baca Juga : Tan Malaka, Pendiri Sekaligus ‘Korban’ PKI yang Pernah Memimpikan Bersatunya Kekuatan Islam

Melalui Medan, Tan Malaka akhirnya sampai di Jakarta. Disewanya sebuah rumah kecil yang nyaris mirip gubuk di sebuah perkampungan di Jakarta. Setiap hari ia mendatangi perpustakaan museum yang cukup terkemuka pada waktu itu.

Berbagai informasi seputar marxisme dan sejarah dilahapnya. Ternyata di rumah kecil itulah tiap malam ia tumpahkan isi otaknya menjadi sebuah buku yang nantinya amat populer, Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika).

Buku tersebut merupakan penyesuaian pemahaman Tan Malaka mengenai teori-teori Marx dengan situasi dan kondisi Indonesia pada waktu itu. Madilog diselesaikannya hampir satu tahun hingga uang tabungannya menipis.

Demi menyambung hidup, Tan Malaka menerima  tawaran bekerja di pertambangan batu bara di Bayah, di selatan Banten.

Baca Juga : Tan Malaka, Sosok Sunyi di Balik Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945

Masyarakat setempat dan para romusha yang bekerja di pertambangan mengenalnya sebagai juru tulis yang baik hati.

la sempat mengorganisasikan para pemuda untuk memperbaiki nasib para romusha, membangun rumah sakit, membuat dapur umum untuk menyediakan makanan bagi para romusha, membentuk tim sepak bola, serta melatih dan membentuk kelompok sandiwara.