Intisari-Online.com – Mari kita simak tulisan berikut ini yang diambil dari Majalah Intisari edisi Juni 1994, dengan judul asli Runtuhnya Komunis Kebangkitan Mafia Rusia.
Selama ini alam telah memberkahi bumi Rusia beserta republiknya dengan sumber narkotik yang melimpah.
Bekas negara USSR ini menghasilkan hasis 25 kali lipat lebih banyak daripada sisa produksi dunia; tanaman ganja tumbuh subur di kawasan sekurang-kurangnya 3,25 ha di Kazakhstan, Siberia, sedangkan ladang opium yang luas membentang sepanjang dari Kazakhsstan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Tajikstan.
Ketika pengawasan pemerintah Rusia masih ketat, organisasi mafia ini hanya memandang dengan sebelah mata potensi "tambang emas" ini. Namun setelah komunisme jatuh, semua hal langsung berubah.
Tahun 1992, di tangan para mafioso bersenjata ini ladang ganja mampu menghasilkan dua kali panen setahun. Penanaman baru di Uzbekistan meningkat hampir 1.000%. Sementara lahan ganja di Kyrgystan membengkak jadi seluas ± 93 ha.
Jumlah petani opium di lembah Chu Kazakhstan pun meningkat tiga kali lipat.
Tanaman setan ini sekarang memenuhi lebih 1.000 km2 di dataran yang terkena radioaktif Chernobyl. Vladimir Burlaka, kepada lembaga antinarkotik di St. Petersburg memperkirakan, nilai tanaman itu tahun 1992 mencapai 5 miliar dolar AS.
Untuk memasarkan, para pedagang bergerak melalui Tajikstan, Uzbekistan dan Turkmenistan. Berbekal dokumen-dokumen palsu, telepon radio, serta perlindungan militer lengkap, mereka bergerak menuju negara-negara Baltik, Polandia, Eropa Barat, serta Amerika.
Baca juga: Marak di Kalangan Mafia, Beginilah Sepak Terjang 'Stiletto' Italia
Boleh dikata, gerakan mereka horizontal dan vertikal. Mulai dari memproduksi dan memproses sampai menyebarkan serta memasarkan. Semua proses berlangsung mulus tanpa tercium aparat pemerintahan pusat.
Sementara itu laboratorium-laboratorium bawah tanah juga giat memproduksi obat-obatan sintetis yang hasilnya lebih bagus dan lebih murah dariipada heroin murni.
Pengaruh obat bius ini pun secara cepat juga menyergap para penduduknya. Kota-kota di Sovyet pelan-pelan menjadi pasar obat bius berbareng dengan semakin banyaknya serdadu Rusia yang kecanduan heroin selama perang Afghanistan.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR