Intisari-Online.com – Semasa hidup, Tan Malaka dianggap polisi penjajah sebagai "jago menghilang". Bertahun-tahun diburu intel, pemuda Minang ini selalu waspada. la, dalam setiap kesempatan selalu berusaha duduk atau berada di tempat yang bisa melihat orang masuk dari pintu depan dan siap lari dari pintu belakang. Ternyata, setelah meninggal pun kemampuan "menghilang" Tan Malaka tidak berkurang.
Dalam e-mail-nya kepada saya 14 Maret 2010, Harry Poeze menegaskan keyakinannya, Tan Malaka dimakamkan di Selopanggung dan berharap agar pemeriksaan DNA Tan Malaka lebih lanjut di Korea Selatan dan Cina berhasil. Kabar terakhir, tanggal 6 Juni 2010 saya coba menelepon keponakan Tan Malaka, Zulfikar, ternyata belum ada perkembangan baru. Makam Tan Malaka tetap masih tanda tanya besar.
Pencarian makam Supriyadi tahun 1975 sepenuhnya atas prakarsa dan dana pemerintah yang ingin mengangkatnya sebagai pahlawan nasional. Namun agak ironis, penggalian makam Tan Malaka tahun 2009 dilakukan atas inisitif keluarga dengan sumbangan beberapa donatur seperti Taufik Kiemas (sebelum menjadi menjadi Ketua MPR).
Sungguh disayangkan bila Tan Malaka yang sudah diangkat sebagai pahlawan nasional tahun 1963 itu tidak dipastikan makamnya, padahal lokasinya sudah diketahui. Seyogianya Presiden Susilo Bambang Yudoyono menugaskan Menteri Sosial untuk menuntaskan kasus ini dengan anggaran negara.
(Dr. Asvi Warman Adam, sejarawan LIPI, di Jakarta)