Find Us On Social Media :

Dengan Berpuasa, Meraih Pahala Sekaligus Sehatkan Raga

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 4 Juni 2017 | 18:30 WIB

Puasa, Energi Positif Bagi Lahir Batin

Selama sebulan penuh, meja makan biasanya dipenuhi dengan berbagai jenis makanan vang sebelumnya tidak ada. Bahkan tak jarang, di bulan Ramadan, kita makan lebih banyak daripada biasanya.

"Itu kebiasaan yang keliru," ujar Titi. "Kebiasaan makan banyak saat bulan puasa bukan hanya tak sesuai ajaran Nabi, tapi juga berlawanan dengan ilmu kesehatan," kata Shahid  Athar kepada Intisari lewat e-mail.

Agar manfaatnya optimal, kita bisa mengawinkan ajaran puasa Nabi dengan resep dokter. Resep pertama, jangan lupakan sahur. Pesan Nabi, "Bersahurlah, karena di dalam sahur ada berkah."

Puasa Ramadan 2017 Dipastikan Berbarengan, Bagaimana dengan Lebarannya?)

Agar efek sahur tak lekas hilang, waktu sahur sebaiknya diakhirkan menjelang imsak. Bukan pada malam hari sebelum tidur.

Menurut Titi, kombinasi nutrisi yang tepat untuk sahur adalah rendah karbohidrat sederhana (seperti gula), tapi tinggi serat dan protein.  

Jika komposisi karbohidrat sederhananya terlalu besar, tubuh akan merespons dengan cara melepas insulin secara cepat.

Akibatnya, kadar gula naik secara cepat, lalu turun secara cepat pula.

"Insulin 'kan fungsinya memasukkan gula ke dalam sel. Kalau sahurnya yang manis-manis, siang biasanya cepat lapar,” tandas Titi.

Sebaliknya, jika komposisi serat dan proteinnya tinggi, proses pencernaannya lebih lambat. Dengan begitu, insulin dikeluarkan secara bertahap.

Kadar gula darah tidak terlalu cepat naik lalu cepat turun. Perut pun tak cepat merasa lapar. Selain itu, serat juga akan memudahkan acara ke belakang, yang pada bulan puasa biasanya mengalami hambatan.

Resep kedua, tetap aktif selama berpuasa. Jika produktivitas kerja menurun saat puasa, itu keliru.