Find Us On Social Media :

Ratu Belanda Disebut Ningrat yang Paling Merakyat, Ini Asal Mula Julukan Tersebut

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 2 September 2018 | 12:00 WIB

Dalam sejarahnya, Belanda tercatat sudah berdiri sejak 1579. Namun, baru pada 24 Agustus 1815, Belanda mensahkan UUD pertamanya yang menetapkan bentuk Monarki Konstitusional.

Raja Belanda pertama adalah Raja Willem 1 (1772 - 1843), lebih dikenal sebagai Raja Willem van Oranje. la memerintah pada 1815 - 1840. la digantikan putranya, Raja Willem II (1792 - 1849) yang memerintah pada 1840 - 1849. Ketika turun tahta, Raja Willem II digantikan putranya, Raja Willem III (1817 - 1890) yang memerintah pada 1849 - 1890.

Ketika Raja Willem III wafat, tidak ada keturunan yang dapat menggantikannya. Tiga putranya dari permaisuri pertama telah meninggal dunia. Dari permaisuri kedua, didapat seorang putri bernama Wilhelmina (1880 - 1962) yang saat itu baru berusia 10 tahun.

Baca juga: Ketika 70 Pasukan Pertahanan Pangkalan di Yogya Dibantai Oleh Pasukan Belanda yang Telah Menipunya

Maka sambil menunggu Putri Mahkota Wilhelmina mencapai usia dewasa, permaisuri kedua naik tahta dengan nama Ratu Emma van Waldeck-Pyrmont (1858 - 1934). Delapan tahun kemudian Ratu Wilhelmina naik tahta menggantikan ibunya dan memerintah pada 1898 - 1948.

Tanggal 4 September 1948 Ratu Wilhelmina menyerahkan tahta kerajaan kepada putrinya, Ratu Juliana (1909 - 2004). Pada masa pemerintahan Ratu Juliana inilah Belanda mengakhiri masa kolonialismenya di bumi Indonesia.

Tahun 1975, menyusul Suriname mendapat tanda tangan kemerdekaan dari Juliana. Di mata Ratu Juliana kedua peristiwa itu cukup menyenangkan hatinya. Sebaliknya, di tahun 1976, Ratu Juliana mendapat pukulan psikis berat. Pangeran Bernhard terlibat skandal Lockheed.

Pasangan Ratu Juliana - Pangeran Bernhard memiliki empat orang putri. Putri pertama mereka, Beatrix Wilhelmina Armgard, lahir pada 31 Januari 1938. Putri Beatrix merupakan ahli waris tahta kerajaan urutan pertama. Putri kedua mereka adalah Irene Emma Elisabeth yang lahir pada 5 Agustus 1939.

Baca juga: Bung Karno Pejuang Kemerdekaan yang Justru Semakin 'Sakti' Setelah Dipenjara Oleh Belanda

Ketika Nazi Jerman mengobrak-abrik Eropa, termasuk Belanda, pada Perang Dunia II di tahun 1940-an, Juliana beserta dua anaknya dikirim Ratu Wilhelmina mengungsi ke Inggris dan Kanada.

Ratu Wilhelmina sendiri tetap bertahan di Belanda, begitu juga suami Juliana, yang juga turut mengangkat senjata melawan negaranya sendiri.

Pangeran Bernhard terpaksa bolak-balik Belanda – Kanada agar dapat bertemu dengan Juliana dan anak-anaknya.

Di pengungsian itu, pada 19 Januari 1943, lahir anak ketiga mereka, Margriet Francisca. Tahun 1945 Jerman bertekuk lutut pada pasukan Sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat.

Juliana pun kembali ke Belanda bersama ketiga anaknya. Dua tahun kemudian lahir anak keempat, Maria Christina (18 Februari 1947).

Di tahun 1980 Ratu Juliana menyerahkan tahta kerajaan kepada putri pertamanya Beatrix, Ratu Belanda yang sekarang. (Danny Lim – Intisari Oktober 2006)

Baca juga: Hardiknas: Demi Belajar Bahasa Belanda, Ki Hajar Dewantara Harus Nebeng Andong Milik Tuan Belanda Secara Sembunyi-sembunyi