Find Us On Social Media :

Di Tempat Tawanan, Barang Rongsokan Bisa Menjadi Alat yang Canggih

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 14 Agustus 2018 | 19:00 WIB

Pekerjaan waktu senggang yang populer dalam kamp ialah seni gravir. Seni itu kebanyakan dilakukan pada kotak sabun aluminium dari perlengkapan masker gas yang kebetulan pas untuk rokok.

Pekerjaah iseng itu kemudian berkembang menjadi profesi kamp benar-benaran. Hasilnya bingkai potret, gelang arloji, kalender abadi, gelas minum, cincin, ukiran kayu. Hasilnya kemudian bisa diperagakan pada pameran kami.

Tentu saja ada lukisan, aquarel dan bahkan kapal dalam botol. Bahwa karya paling bagus tidak dipamerkan sudah jelas. Ada kemungkinan barang itu disita.

Di kamp banyak binatang peliharaan, terutama anjing dan kucing. Anjing takut sekali kepada penjaga Jepang, karena mereka kadang-kadang ditusuk dengan bayonet.

Baca juga: Di Balik Seramnya 'Momo', Inilah Seniman Jepang yang Diduga Menciptakan Sosoknya

Kalau tidak ada senjata, mereka ditendang dengan sepatu lars. Rasanya lumayan. Tidak heran kalau anjing cepat-cepat mencari perlindungan setiap ada orang Jepang datang. Berarti anjing membantu kami agar tidak usah babak belur.

Ketika keadaan makanan bertambah sulit, anjing harus berkorban. Orang Jepang bertindak lebih keji terhadap anjing. Mereka sering digebuki sampai mati.

Untuk menghindari hal itu kepala kamp mengambil kebijaksanaan untuk mematikan semua anjing dengan suntikan strychnine. Miri juga mengalami nasib yang sama. Setelah tertidur untuk selama-lamanya, ia dibungkus dengan seprai, lalu dikubur di kebun.

Desas-desus bahwa perang akan segera usai mendorong orang bertindak gegabah, yakni lari dari kamp. Umumnya mereka tertangkap kembali. Kembali ke kamp mereka dianiaya dan ditembak mati di depan mata kami.

Baca juga: Cerita Heroik Bapak TNI AU yang ketika Masih Jadi Tentara Belanda Pernah Menenggelamkan Kapal Perang Jepang