Advertorial

Cerita Heroik Bapak TNI AU yang ketika Masih Jadi Tentara Belanda Pernah Menenggelamkan Kapal Perang Jepang

Agustinus Winardi
Moh. Habib Asyhad
Agustinus Winardi
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Dalam misi tempurnya, Suryadarma bertugas sebagai komandan operator bom pernah menenggelamkan kapal Jepang (cruisser) di perairan Kalimantan.
Dalam misi tempurnya, Suryadarma bertugas sebagai komandan operator bom pernah menenggelamkan kapal Jepang (cruisser) di perairan Kalimantan.

Intisari-Online.com -Sejarah perjalanan berdirinya TNI AU cukup unik dan juga penuh perjuangan karena bermodal pesawat-pesawat terbang peninggalan Jepang dan Belanda yang ditinggalkan begitu saja.

Kepala Staf TNI AU (KASAU) yang pertama, Marsekal Suryadi Suryadarma pun awalnya merupakan tentara Belanda (KNIL) yang kemudian bergabung dengan Angkatan Perang RI, setelah Indonesia merdeka.

Sebagai tentara Belanda yang pernah mengawaki pesawat tempur jenis pembom Glenn Martin dalam PD II, Letnan Suryadarma pernah menjabat sebagai Wakil Komandan kesatuan pembom Grup 7 AU Belanda.

Dalam misi tempurnya, Suryadarma yang bertugas sebagai komandan operator bom ternyata pernah menenggelamkan kapal Jepang (cruisser) di perairan Kalimantan.

Kisah heroik itu berlangsung pada 13 Januari 1942, ketika pesawat pembom Glenn Martin B-10 yang diawaki Suryadarma dan dipiloti Kapten Lukkien serta seorang kopilot lainnya terbang dari Pangkalan Udara Manggar Samarinda, Kalimantan.

Baca juga:TNI AU, Kekuatan Udara RI yang dari Sejarahnya Justru Dibesarkan oleh Negara yang Pernah Menjajah Indonesia

Tujuan misi terbang tempur itu adalah untuk menyerang kapal-kapal perang Jepang yang sedang berlayar menuju Tarakan.

Pesawat yang diawaki Suryadarma, Glenn Martin M-588, terbang bersama dua pesawat lainnya dalam formasi segitiga dan saling melindungi dari ancaman sergapan pesawat tempur Zero Jepang.

Dalam misi itu Suryadarma bertindak sebagai observer sekaligus komandan operator bom bagi dua pesawat Glenn Martin lainnya.

Penerbangan ketiga pesawat pembom Belanda itu dengan mudah menemukan konvoi kapal-kapal perang Jepang yang berjumlah sekitar 50 unit yang sedang berlayar menuju Tarakan.

Kedatangan pesawat pembom Belanda langsung disambut tembakan antiserangan udara dari kapal-kapal perang Jepang yang kemudian berlayar zig-zag demi menghindari serangan bom.

Baca juga:Su-35 Bikin TNI AU Makin Bertaring, Australia atau Negara Asing Lain Tak Bisa Lagi Iseng di Langit Indonesia

Tapi pada saat yang sama sejumlah pesawat tempur Zero Jepang juga mulai berdatangan untuk merontokkan pesawat-pesawat pembom Belanda.

Tanpa membuang waktu sebagai komandan operator bom, Suryadarma pun membidik salah satu kapal perang Jepang jenis penjelajah berat (cruisser) dan kemudian memberikan aba-aba kepada kedua Glenn Martin lainnya melalui radio untuk segera menjatuhkan bom.

Sejumlah bom pun jatuh secara bersamaan dari ketiga Glenn Martin dan bom-bom itu berhasil menenggelamkan satu kapal penjelajah Jepang yang ukurannya seperti KRI Irian yang pernah dimiliki TNI AL.

Tapi serangan udara terhadap konvoi kapal perang Jepang harus dibayar mahal.

Dua pesawat Glenn Martin lainnya tertembak jatuh setelah disergap Zero, dan pesawat Glenn Martin yang diawaki Suryadarma sendiri juga mengalami rusak parah.

Baca juga:A-4 Skyhawk Jet Tempur Pembom Nuklir TNI AU Asal Israel yang Ternyata Berteknologi Seperti Motor Vespa. Kok Bisa?

Namun meski pilotnya dalam keadaan terluka parah, Glenn Martin M-588 bisa mendarat kembali ke Pangkalan Udara Manggar dengan selamat.

Meski pasukan Belanda berusaha melawan pasukan Jepang yang kemudian mendarat di Indonesia (Hindia Belanda), militer Belanda akhirnya menyerah.

Suryadarma sendiri kemudian bergabung dengan pasukan RI untuk bertempur melawan Jepang dan juga melawan Belanda dalam Perang Kemerdekaan.

Dalam perjalanan karier militernya, Suryadarma ternyata juga berhasil menjadi orang dekatnya Presiden Soekarno.

Suryadarma, seperti termaktub dalam buku Bapak Angkatan Udara Suryadi Suryadarma, kemudian diangkat sebagi KSAU pertama AURI/TNI AU dan diberi kepercayaan penuh untuk mengembangkan AURI sehingga mendapat julukan Bapak Angkatan Udara.

Artikel Terkait