Find Us On Social Media :

Di Tempat Tawanan, Barang Rongsokan Bisa Menjadi Alat yang Canggih

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 14 Agustus 2018 | 19:00 WIB

Latihan pemadaman lampu

Baca juga: Berniat Menghanguskan Amerika, Jepang Serbu dengan Kirim Ribuan Balon Api pada Perang Dunia II

Biasanya latihan pemadaman lampu dilakukan pada hari raya. Ini jelas disengaja, karena pada malam latihan seperti itu gedung Kempetai bermandikan cahaya, sedangkan kamp kami harus gelap gulita.

Barang siapa masih ingin mendapatkan lampu, harus mencari akal sendiri. Kami tidak diberi bahan untuk menutupi lampu.-

Inilah seni menyelundup dalam kamp. Keluarnya ceking, kembalinya seperti orang hamil sembilan bulan.

Cara membuat 'anggur'

Baca juga: Bukan Dikawal Pasukan Khusus, Bung Karno Malah Dikawal Anggota Yakuza Ketika di Jepang

Beras dicuci bersih, lalu pada siang hari, yaitu saat patroli tidak intensif, beras dimasak sampai airnya putih seperti susu. Setelah dingin, nasinya dikeluarkan, sedangkan tajinnya dicampur dengan ragi.  Campuran itu kemudian ditambahi gula dan disimpan dalam botol berkapasitas 40 l.

Untuk memperoleh peragian yang bagus ditambahkan bop kering ke dalam botol. Lalu tutup dipasang dan botol disembunyikan di balik selimut tua. Proses peragian pun dimulai.

Sepuluh hari kemudian, di tengah malam, tutup botol itu dibuka. Sekejap mata saja habislah anggur kami.

Berilah kepada orang terampil kikir rusak, kertas amplas dan beberapa jari-jari sepeda. Dalam waktu singkat barang rongsokan itu sudah menjadi alat yang canggih. Kotak aluminium bisa diubah menjadi barang yang indah.

Baca juga: (Foto) Sungguh Memilukan, Begini Kondisi Kota Hiroshima Pascajatuhnya Bom Atom Little Boy di Jepang