Find Us On Social Media :

Benarkah Pangeran Diponegoro Pernah Disekap di Balai Kota Tempat Para Tawanan Kompeni Disiksa?

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 8 Agustus 2018 | 07:00 WIB

Serdadu-serdadu Kompeni itu berbaris-baris sampai dekat kepada gapura Kota Intan (yang dirobohkan di zaman pendudukan Jepang). Gapura ini tetap tegak ketika Daendels memerintahkan untuk membongkar Kasteel (benteng) Batavia.

Gapura ini pernah menjadi pintu masuk sebelah Selatan menuju kelapangan sebelah dalam Kasteel. Gerbang Kota Intan itu sangat kokoh, terdiri dari delapan tiang putih, yang pada masing-masing puncaknya dihiasi dengan suatu bejana hitam dengan untaian bunga putih.

Baca juga: Kanjeng Kiai Tjokro, Tongkat Pusaka Pangeran Diponegoro Akhirnya Kembali ke Indonesia

Pada kedua ceruk di kiri kanan pintu gerbang terdapat patung Mars (dewa Perang) dan Minerva (Dewi Kebijaksanaan dan Seni).

Di sekitar tempat ini dulu tempat bersemayam meriam Si Jagur yang terkenal, yang kemudian disimpan di dalam Museum Jakarta dan akhirnya kembali ditaruh depan museum.

Di tengah lapangan Balai Kota, menurut gambar-gambar lama terdapat sebuah air mancur kecil, sebenarnya tempat penampungan air yang mendapat airnya dari pancuran di luar tembok kota.

Pancuran itu sampai sekarang masih mempertahankan namanya yang asli, yakni Pancoran-Glodok. Tempat itu dulu sudah dianggap luar kota, karena terletak di luar tembok kota Batavia, yang inti kotanya adalah sekitar Pasar Dean atau Pelabuhan Sunda Kelapa.

Pada pemugaran Taman Fatahillah beberapa tahun yang lalu pancuran air ditemukan kembali, tertanam di dalam tanah. Sekarang air mancur itu telah dipugar dan ditaruhkan di tengah-tengah taman. (Swd)

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 1978.

Baca juga: Diboikot Mataram, Kompeni di Batavia Terancam Kelaparan, Tapi Malah Selamat Berkat Sulap