Find Us On Social Media :

Benarkah Pangeran Diponegoro Pernah Disekap di Balai Kota Tempat Para Tawanan Kompeni Disiksa?

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 8 Agustus 2018 | 07:00 WIB

Intisari-Online.com – Balai Kota atau Stadhuis Batavia yang kini berfungsi  sebagai Museum Jakarta adalah salah satu gedung peninggalan zaman VOC yang langka.

Bangunan ini termasuk di antara sedikit yang masih tegak, terselamatkan dari keganasan sang Kala dan gempuran palu pembongkaran.

Berlainan dengan anggapan umum, Balai Kota ini adalah yang ketiga selama pemerintahan Kompeni; yang pertama dan ke dua telah hilang tak berbekas.

Gedung yang sekarang baru dimulai pembangunannya pada tahun 1707. Biayanya disediakan 29.800 ringgit, tak termasuk bagian-bagian yang terbuat dari besi dan kedua sayapnya.

Baca juga: Cerita-cerita Ngeri dari Taman Fatahillah (1): Penjara Bawah Tanah yang Menghabisi 500 Jiwa

Dalam tahun 1710 pembangunannya telah cukup jauh sehingga sudah bisa ditempati oleh beberapa jawatan, dan dalam tahun 1712 telah selesai seluruhnya.

Ternyata biaya pembangunannya telah melampaui perhitungan semula.  Setelah rampung ternyata bahwa gedung ini menelan biaya sebanyak 56.361 ringgit.

Untuk menjamin keawetannya, ditentukan bahwa pemborongnya tidak boleh menggunakan kayu-kayu bekas dari gedung yang lama suatu tindakan yang cukup tegas, mengingat sifat pelit orang Belanda.

Sebagaimana seharusnya, Balai Kota baru ini dibangunkan di sisi Selatan Lapangan Balai Kota (Stadhuisplein) yang kini bernama Taman Fatahillah. Kedua balai kota yang mendahuluinya juga dibangunkan di lapangan yang sama.

Baca juga: Cerita-cerita Ngeri dari Taman Fatahillah (2): Tidak Bisa Bayar Utang? Masuk Penjara!

Dibandingkan dengan gambar-gambar lama ternyata bahwa gedung ini dalam keadaannya sekarang pernah mengalami perombakan-perombakan.

Di bagian pintu masuk terdapat semacam bangunan penampil yang ditopang empat buah tiang, yang membentuk suatu serambi lebar dengan pintu masuk berbentuk lengkung.

Di atas serambi itu terlihat keempat jendela bangunan penampil ini dan di atas ini suatu fronton yang puncaknya dihiasi dengan sebuah patung Dewi Keadilan.