Find Us On Social Media :

Si Doel Beraksi Lagi! Kisah Anak Betawi yang Dijadikan Obyek Skripsi

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 3 Agustus 2018 | 13:00 WIB

Intisari-Online.com – “Masyarakat Betawi bisa saja tergusur. Tapi cerita Si Doel tak akan pernah mati,” tandas Rano Karno. Maka lahirlah kembali Si Doel Anak Sekolahan. Kali ini ia tampil perlente dan terpelajar. Bukan dalam film layar lebar, melainkan sinetron. Hendak mengangkat citra masyarakat Betawi?

Tulisan Si Doel Beraksi Lagi! Kisah Anak Betawi yang Dijadikan Obyek Skripsi yang dimuat dalam Tabloid NOVA  edisi September 1993 ini hadir ketika dimulainya sinetron Si Doel Anak Sekolahan tayang di layar kaca. Mari kita simak bagaimana kisah Si Doel digarap. 

--

Tahun 1973, Sjumandjaja (almarhum) membuat film layar lebar Si Doel Anak Betawi yang mempertemukan bintang cilik Rano Karno dan artis Betawi serba bisa Benyamin S.

Di  film yang sukses di pasaran itu Rano berperan sebagai Si Doel. Bang Ben, begitu biasa Benyamin dipanggil, berubah sosok jadi Sabeni, ayah Si Doel.

Baca juga: Film Si Doel The Movie: Ini 3 Anak Betawi yang Sukses, Salah Satunya Fauzi Bowo

Tiga tahun kemudian, Sjumandjaja kembali membuat cerita tentang aksi anak betawi yang bernama Si Doel. Kali ini lewat lakon Si Doel Anak Modern. Rano "diistirahatkan". Tokoh Si Doel ganti diperankan dengan baik oleh Bang Ben.

Di film inilah, Bang Ben kembali menyabet Piala Citra sebagai aktor terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 1977.

Lama berselang cerita tentang Si Doel seolah hilang tenggelam ditelan perjalanan waktu. Namun sejak akhir Agustus lalu, di sebuah perkampungan di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, terlihat kesibukan yang melibatkan sejumlah artis film.

Nama Si Doel kembali disebut-sebut. Ternyata, aksi Si Doel diangkat kembali dan dikemas dengan judul baru, Si Doel Anak Sekolahan (DAS). Kali ini bukan dalam bentuk film layar lebar, tapi sinetron miniseri sepanjang 6 episode yang rencananya akan ditayangkan lewat RCTI.

Baca juga: Masih Ingat dengan Sosok Mak Nyak dalam Film ‘Si Doel Anak Sekolahan’, Seperti Inilah Kondisinya Kini

Rano Karno kembali tampil sebagai Si Doel. Sedangkan Bang Ben lagi-lagi jadi Sabeni, ayah Si Doel. Suasana nostalgia pun terasa kental mewarnai proses syuting DAS.

Menurut Rano, yang kali ini bertindak sebagai sutradara dan produser DAS, "Si Doel saya angkat kembali demi memenuhi wasiat Bapak (alamarhum Soekarno M. Noor, Red). Sebelum meninggal, Bapak mengingatkan agar Karno's Film yang diwariskannya kembali membuat cerita Si Doel."

Ida Farida yang diberi kepercayaan menjadi penulis skenario miniseri ini sudah menyiapkan sekitar 13 judul episode. Enam di antaranya sedang dalam penggarapan, yakni Antara Meester - Cililitan, Balada Oplet Tua, Kisruh atau Kacau, Jatuh Cinta Nih Yee, Harga Diri, dan Ada Budi, Ada Cinta.

Kelak, timpal Rano lagi, "Kalau 6 episode ini sukses, kami akan membuat kelanjutannya lagi. Bisa sampai 13 episode, bisa juga hingga tak terbatas. Mungkin saja akan muncul serial Si Doel Pegawai Negeri, atau Si Doel Konglomerat."

Baca juga: Tempo Doeloe, Maling Baru Beraksi Kalau Roh Pelindung Desa Sedang Sibuk Bercinta

Sopir opelet intelek

Adegan awal miniseri ini menampilkan riuhnya Jakarta yang kini menjadi hutan beton. Tampak seorang gadis Indo nan manis mengendarai mobilnya. Sarah (Cornelia Agatha) namanya. Entah apa yang dilamunkan mahasiswi jurusan antropologi yang tengah sibuk menyusun skripsi itu.

Tahu-tahu ia menabrak sebuah opelet. Inilah pertemuan pertama Sarah dengan Si Doel, sang sopir opelet.

Sekali waktu Sarah berkunjung ke rumah Hans (Adam Stardust, Red), salah seorang karibnya. Tak dinyana, di sana ia bersua lagi dengan Si Doel. Kali ini Si Doel tak berpenampilan layaknya sopir angkutan umum pinggir kota. Ia tampil perlente dan intelek. Herannya lagi, ia sedang memberikan bimbingan pada Hans.

Sarah pun heran bukan main. Ia tak menyangka, sopir opelet yang pernah bermasalah dengannya itu adalah seorang mahasiswa sekaligus asisten dosen jurusan teknik sipil sebuah perguruan tinggi.

Baca juga: Sebuah Kisah Minggu Siang di Kota Kompeni Tempo Doeloe: Menyaksikan Noni dan Sinyo Belanda Kongkow-kongkow

Karena identitasnya dipertanyakan oleh Sarah, Si Doel tampak sedikit tersinggung. "Memangnya  sopir opelet nggak boleh kuliah?" ujar Si Doel kesal.

Jadi obyek penelitian

Diam-diam Sarah kagum pada Si Doel yang asli Betawi. Anggapan bahwa pekerjaan orang Betawi itu cuma sopir opelet, calo tanah, atau penarik delman, langsung gugur. "Hebat juga anak ini," pujinya.

Sosok Si Doel pun menjadi sumber inspirasinya. Sarah yang semula berniat melakukan penelitian tentang Suku Asmat di Irian Jaya, kemudian mengubah tema skripsinya menjadi Masyarakat dan Kebudayaan Betawi.

"Untuk apa jauh-jauh ke Irian. Toh di Jakarta juga ada 'suku terasing'. Ya, Suku Betawi yang tergusur itulah," papar Rano Karno menggambarkan perasaan Sarah dalam cerita itu.

Baca juga: HUT DKI Jakarta Ke-491: Kala Senayan Masih Jadi Kampung Betawi dan Tebet Masih Berupa Hutan Belukar

Sarah pun mulai rajin mendekati Si Doel. Niatnya tentu saja, menjadikan Si Doel sebagai "pintu" untuk menguak keseharian dan filsafat hidup masyaiakat Betawi. Lengketnya Sarah ternyata diartikan lain oleh Si Doel. Dikiranya Sarah jatuh cinta padanya.

Dalam episode Harga Diri, Si Doel baru sadar kalau ia cuma dijadikan obyek penelitian. Ia benar-benar tersinggung. Namun ia tetap mampu mengendalikan diri.

"Si Doel sadar, sebagai kaum intetektual, ia mempunyai kewajiban merabantu orang-orang yang ingin mengamati masyarakatnya secara ilmiah," tutur Rano. Sikap ini, lagi-lagi mendatangkan kekaguman bagi Sarah.

Diganti mesin jip

Doel akhirnya memang dikisahkan berhasil mejadi sarjana. Ada adegan unik dalam adegan tersebut. Ketika Si Doel berangkat ke kampusnya untuk menghadiri wisuda, ia diantar tetangga sekampungnya. Mereka sampai menyewa tiga mini bus.

Baca juga: Ulang Tahun Jakarta ke-490: Mengenang Si Pitung, Jagoan Betawi yang Bisa Menghilang

"Persis seperti kalau orang Betawi mengantar saudaranya berangkat naik haji," jelas Rano sambil tersenyum.

Semakin terasa unik, karena beberapa di antara mereka membawa rebana kincring dan berpakaian khas Betawi. Mereka kemudian serempak membunyikan rebana itu ketika Si Doel diwisuda.  Aula tempat berlangsungnya wisuda menjadi semarak. Lucu sekaligus mengharukan.

Untuk menghadirkan suasana perkampungan Betawi pinggiran sebagai tempat tinggal Si Doel,  Rano tidak mengalami kesulitan.

Semula ia melakukan pencarian dan pengamatan ke sejumlah desa di pinggiran Jakarta dan Cibubur. Yang dicari Rano adalah rumah Betawi tipe Bapang, yang biasanya dihuni masyarakat Betawi kelas bawah.

Baca juga: Bubur Ase Khas Betawi

Tapi penelitian itu tak memberi hasil memuaskan. Tak disangka-sangka, ketika berjalan-jalan ke belakang rumah tempat tinggalnya di Kelurahan Lebak Bulus, Rano malah menemukan suasana perkampungan Betawi sebagaimana yang diinginkannya.

Termasuk rumah Bapang yang diincarnya, sekalipun cuma tinggal tiang dan genteng. "Rumah milik Haji Tatung yang dibangun tahun 57 itu, saya bangun kembali atas seizin empunya rumah."

Rano juga khusus membeli mobil opelet, yang merupakan angkutan umum khas pinggiran kota Jakarta. Supaya kendaraan antik itu tak ngadat selama syuting berlangsung, "Saya ganti mesinnya dengan mesin jip CJ 7 yang dijamin tokcer," ujar Rano sambil tersenyum.

Pokoknya, lanjut Rano, "Demi wasiat almarhum Bapak, seberat dan sesusah apa pun hambatan yang muncul akan saya hadapi dan tanggulangi. Sinetron ini harus berhasil."

Kembali pada cerita Si Doel, bagaimana  akhirnya nasib Sarah? Sukseskah penelitiannya? Akankah kekagumannya pada Si Doel berubah menjadi cinta atau tetap berwujud sekadar simpati?

Silakan tebak sendiri jawabannya sebelum menonton. Kalau rnenebaknya benar, mungkin Anda memang punya bakat menulis skenario. (A. Asianto)

Baca juga: Mau Menikmati Makanan khas Betawi Arab? Mampirlah ke Warung Nasi Kebuli Abu Salim