Find Us On Social Media :

Fenomena Equinox Bukan Hoax, Tapi...

By Agus Surono, Kamis, 16 Maret 2017 | 19:00 WIB

Equinox adalah fenomena biasa dan suhu di Indonesia tak mencapai 40 derajat Celsius.

Intisari-Online.com - Hampir semua grup WhatsApp yang saya ikuti belakangan ini meneruskan berita soal Equinox. Agar meyakinkan, berita itu melampirkan artikel dari koran Singapura, The Starits Times, berjudul "Warmer Days Likely Over Next 2 Weeks."). Jika meluangkan waktu untuk mengeklik tautan itu, kita akan menyadari bahwa itu berita setahun silam.

(Ingin Beli Smartphone yang Paling Pas Buat Kamu? Simak Panduan Ini)

Ada dua hal yang membuat berita itu cepat menyebar: suhu akan berfluktuasi mencapai 40 derajat Celsius dan heat stroke. Ternyata berita itu palsu alias hoax.

Fenomena Equinox sendiri bukanlah hoax alias memang benar-benar ada. Fenomena ini biasa terjadi dua kali setahun. Penyebabnya adalah bergesernya Matahari dari belahan Bumi utara ke selatan atau sebaliknya. Karena Indonesia berada di daerah katulistiwa, maka akan dilalui Equinox dua kali. Biasanya terjadi antara 19 - 21 Maret dan 22 - 23 September tiap tahunnya. Nah, tahun 2017 ini, Equinox pertama jatuh pada 20 Maret, pukul 11.30 WIB.

(Sejarah Tahun Kabisat berawal dari ketidakcocokan Hari Natal dan Equinox.)

Istilah "Equinox" berasal dari bahasa Latin aequus, berarti setara, dan nox, yang berarti malam. Kata yang dikenal sejak abad ke-14 ini dimaknai "malam yang setara". Meski secara umum dipahami durasi malam dan siang akan sama persis 12 jam, namun faktanya tidak demikian.

Momen durasi malam dan siang yang persis sama 12 jam disebut equilux. Istilah ini untuk membedakan dengan Equinox, karena momennya berlangsung tidak bersamaan. Equilux muncul beberapa hari sesudah atau sebelum Equinox, tergantung lokasi dan jenis Equinox-nya. Pada Equinox Maret, biasanya equilux akan hadir lebih dulu, tapi pada Equinox September, momen ini akan muncul belakangan.

(Setiap musim dingin akan muncul es permata ajaib di pantai ini.)

Fenomena Equinox muncul karena sumbu utara-selatan Bumi tidak tegak lurus terhadap garis lintasan orbit Bumi terhadap Matahari. Sumbu Bumi yang tegak lurus terhadap garis khatulistiwa, menyimpang 23,5 derajat dari lintasan orbitnya. Karena itu, saat Bumi berputar mengelilingi Matahari terkadang ada daerah di belahan utara yang terpapar lebih banyak sinar Matahari, dari daerah di belahan selatan.

Musim dingin di belahan Bumi bagian utara, artinya wilayah itu mendapat terpaan sinar matahari lebih sedikit. Sebaliknya di daerah selatan Bumi, akan mengalami musim panas karena mendapat lebih banyak terpaan sinar Matahari. Inilah saat kutub utara Bumi pada titik terjauh dari Matahari. Biasanya dimulai pada 21 Desember setiap tahun.

Demikian pula saat musim panas di belahan utara Bumi yang biasanya dimulai pada 21 Juni. Ini artinya kutub utara bumi sedang condong ke arah Matahari, sehingga mendapat terpaan sinar Matahari lebih banyak daripada belahan Bumi bagian selatan. Kutub selatan Bumi, saat itu berada pada posisi terjauh dari Matahari (musim dingin).

Bayangkan jika garis sumbu rotasi Bumi tegak lurus dengan orbitnya. Kutub utara dan selatan Bumi, tidak akan pernah tersentuh kehangatan sinar matahari.

Dari video tersebut, tampak bahwa ada daerah yang senantiasa terkena sinar matahari sepanjang tahun. Daerah itu berada di kisaran 23,5 derajat ke atas garis khatulistiwa (Lintang Utara), dan 23,5 derajat ke bawah garis khatulistiwa (Lintang Selatan). Itu karena sudut penyimpangan sumbu Bumi terhadap orbit sebesar 23,5 derajat. Daerah ini akan beriklim tropis, karena senantiasa mendapat kehangatan sinar Matahari.

Indonesia, adalah negara kepulauan yang "dibelah" oleh garis khatulistiwa dan seluruh wilayahnya masuk ke dalam daerah ini. Posisi wilayah Indonesia berada pada 6 derajat LU (Lintang Utara) dan 11 derajat LS (Lintang Selatan). Sebagai negara tropis, Indonesia hanya mengenal dua musim.

Jadi, Equinox pada dasarnya adalah saat kutub utara maupun kutub selatan Bumi tidak condong ke arah Matahari. Karena itulah, terpaan sinar matahari di bagian utara dan selatan bumi pada saat bersamaan cakupannya relatif sama. Berbeda dengan daerah beriklim subtropis, Indonesia tak mengalami perubahan yang drastis saat Equinox.

Fenomena ini tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis, termasuk di Indonesia yang beriklim tropis. Adapun rata-rata suhu maksimal bisa mencapai 32-36 derajat Celsius. Dalam sejarah, suhu rata-rata di Indonesia belum pernah mencapai 40 derajat Celsius.

BMKG pun mengimbau masyarakat tidak mengkhawatirkan dampak Equinox secara berlebihan. Equinox tidak seperti fenomena Heat Wave (gelombang cuaca panas) yang terjadi di India, Afrika, atau Timur Tengah, yang mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan berlangsung selama berminggu-minggu.

Jadi, stop menyebarkan berita yang berpotensi menimbulkan kehebohan sebelum diyakini kepastian nilai beritanya.