Find Us On Social Media :

Menurut Hitler, Walau Sudah Berusia 100 Tahun, Wanita Ini Adalah Wanita Eropa Paling Berbahaya, Siapakah Dia?

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 22 Juli 2018 | 10:30 WIB

Intisari-Online.com – Ulang tahun ke 100? Sungguh suatu anugerah bila bisa mencapainya.

Maka jangan heran kalau parayaannya sangat meriah. Apalagi yang berulang tahun adalah seorang wanita penuh kharisma.

Wanita tegar yang di zamannya termasuk gadis idaman, lalu menikah dengan raja Inggris dan kini menjadi Ibu Suri – tokoh legendaris yang tak lekang dari ingatan rakyat Inggris.

Tulisan ini ditulis oleh Gerda Marie Schoenfeld/Als dan pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 2000.

Baca juga: Ratu Elizabeth II Melotot Ketika Putri Diana Memilih Cincin Pertunangannya dengan Pangeran Charles

Tak mau tinggalkan negerinya

Nenek yang satu ini memang layak dibuatkan biografi, apalagi 4 Agustus 2000 usianya genap 100 tahun. Perayaan besar-besaran pun digelar.

Sebenarnya perayaan itu tidak hanya baginya, karena saat itu juga dirayakan ulang tahun ke-70 Putri Margaret, ulang tahun ke-50 Putri Anne, ulang tahun ke-40 Pangeran Andrew, dan ke-18 Pangeran William, sang putra mahkota.

Dalam pesta akbar itu pacar Pangeran Charles, Camilla Parker Bowles, tidak diundang. Begitu juga mantan suami Camilla. Namun, itu bukan berita penting.

Yang penting bagi rakyat Inggris adalah peristiwa ulang tahun penyandang gelar Queen Elizabeth yang genap berusia seabad!

Dialah pujaan tanpa banding. Dialah tali pengikat yang kuat bagi kerajaan, yang telah berlangsung selama lebih dari enam puluh tahun.

Figur legendaris - manis, periang, penuh senyum, dan selalu bekerja keras untuk kerajaan - ini sudah dikenal sejak penobatannya 63 tahun silam.

Namun, pemujaan terhadap wanita Skotlandia bertubuh pendek gemuk ini mulai meroket saat pecah perang.

Ketika terjadi serangan udara Jerman terhadap Inggris pada September 1940. la, yang saat itu Ratu Inggris, menolak meninggalkan negerinya untuk mengungsi bersama kedua putrinya, Elizabeth dan Margaret.

Baca juga: Setelah Ratu Elizabeth II, Inilah Daftar Urutan Kekayaan Anggota Kerajaan Inggris dari yang Tertinggi hingga yang Terendah

Wanita menarik ini tampak berada di antara reruntuhah gedung. Ia menginspeksi seluruh daerah di negerinya 'yang jadi korban bom.

Selama kunjungan itu, ia berpakaian sesuai saran desainernya, Norman Hartnell.

Ia tak pernah memakai warna hitam (tanda berkabung) atau merah (yang terlalu gembira).

Ia lebih sering memilih warna-warna optimis yang tidak mencolok, seperti merah jambu, biru muda, atau ungu muda yang dicocokkan dengan topi dan perhiasannya.

"Ia mengenakan mantel panjang yang halus dan kehilangan senyum ketika melihat Jembatan London hancur," kenang seorang serdadu dengan penuh hormat.

Bahkan saat Istana Buckingham dijatuhi bom dan suaminya yang sakit-sakitan terluka, ia tidak menangis.

Dengan tersenyum, ia mengucapkan kata-kata yang terkenal sampai kini, "Saya lega, kami terkena bom.

Dengan demikian saya bisa merasakan solidaritas orang-orang East End yang daerahnya hancur kena bom." East End adalah daerah kaum buruh yang paling parah terkena bom.

Wanita Eropa paling berbahaya

Pidato radionya yang dikumandangkan gerakan bawah tanah selama perang bisa didengar di seluruh Eropa.

Wanita kelahiran Glamis, Skotlandia, yang kehilangan saudara lelakinya, David, di Perang Dunia I ini, sangat membenci Jerman, terutama Nazi.

la tak pernah mau menyerah pada Jerman. Bahkan kalau ada kesempatan, ia bersedia menembaknya sendiri. Hitler sampai-sampai menyebutnya, "Wanita Eropa paling berbahaya".

Hitler tidak keliru. Tak ada seorang ratu yang semangat perangnya tak terpatahkan seperti dirinya. Tahun 1930-an, ia dan suaminya berada dalam kekalutan perang bersama-sama kaum separatis. Namun, karena ia termasuk dalam lingkar kerajaan, secara resmi ia tak bisa ditangkap.

Keberanian si bunga mawar besi di masa-masa perang itu tetap dikenang sampai sekarang. Tak pernah ada perayaan ulang tahunnya yang lewat tanpa mengenang masa itu. Bahkan sampai ke ulang tahun yang sekarang.

Bagi orang Inggris yang mengalami saat perang dunia, ada dua kisah kepahlawanan para veteran yang tak lekang dari ingatan mereka.

Pertama, tentang Harris si pengebom, yakni pria yang mengebom Dresden sebagai balas dendam Inggris atas pengeboman yang dilakukan Jerman lima tahun sebelumnya.

Baca juga: Hadiah untuk Ratu Elizabeth II Tidak Diterima Bila Pengirimnya Tidak Dikenal Secara Pribadi

Cerita kedua adalah legenda seorang wanita bergaun sutera yang tak kenal lelah melawan sang diktator, yang waktu itu masih menyandang gelar Duchess of York.

Sementara bagi yang berusia 20-an, Ibu Suri adalah tokoh populer seperti dalam lukisan, nenek periang yang bisa tetap kokoh berdiri di atas kapal serta memancing di Skotlandia, meski telah menjalani dua kali operasi tulang pangkal paha dan dipasangi usus buatan.

Orang melihatnya sebagai pengemban tugas kerajaan yang tak terkalahkan: saat resepsi, di lapangan balap kuda, berburu, berkuda, berpawai.

Dia mengetuai serangkaian lembaga pendidikan dan sosial. la juga ketua kehormatan beberapa resimen, bahkan beberapa universitas menganugerahinya gelar kehormatan.

Toh di balik semua itu Elizabeth punya kelemahan. Ia suka bertaruh dalam jumlah besar saat balapan kuda dan tak tahan untuk tidak mengkonsumsi minuman keras seperti gin-tonic atau sampanye. Kalau ditegur, ia akan menjawab, "Ini cuma segelas."

Meski demikian dalam angket tentang keluarga kerajaan, Ibu Suri tampak paling menonjol.

Soalnya, tak ada yang bisa menandingi kontinuitas wanita energik dan periang yang menikah dengan putra kedua raja Inggris waktu itu, Pangeran Albert, pada tanggal 26 April 1923. la memang mempunyai kapasitas untuk itu.

Wanita cantik anak kesembilan dari Lord dan Lady Glamis ini termasuk dalam jajaran gadis-gadis menarik di zamannya.

Namun, akhirnya keturunan penyandang gelar Earl of Strathmore ini memilih Pangeran Albert, putra raja Inggris yang gagap dan kakinya menderita rakhitis.

"Tapi perkawinan mereka adalah pemikahan penuh cinta, bukan rekayasa," kata Nicholas Davies, wartawan sekaligus penulis beberapa buku tentang keluarga kerajaan Inggris. Albert atau "Bertie"memang tak pernah terlibat affair.

"Kami cuma berempat," demikian kata Albert bangga saat telah lahir dua putrinya, Elizabeth dan Margaret.

Sementara buat istrinya yang lahir dengan nama Lady Elizabeth Marguerite Bowes Lyon di zaman Ratu Victoria tahun 1900, perselingkuhan sungguh hal tabu.

Baca juga: 6 Pekerjaan 'Aneh' Ini Benar-benar Ada di Komplek Istana Kerajaan Inggris, Termasuk Penguji Sepatu Ratu Elizabeth II