Find Us On Social Media :

One Cell One Man, Tempat Baru Bagi Napi Mako Brimob di Nusakambangan

By Agustinus Winardi, Jumat, 11 Mei 2018 | 11:00 WIB

Intisari-Online.com - Ketika para teroris yang berhasil diringkus oleh polisi dimasukkan ke rumah tahanan teroris di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, tujuannya minimal ada dua macam.

Yakni, tersedianya ruang tahanan dan sistem keamanan yang memadai serta proses hukum para tersangka teroris hingga diadili bisa berjalan lancar.

Demi kepraktisan dan juga terbatasnya ruang tahanan maka para teroris yang tertangkap ditampung dalam satu blok tersendiri.

Barang bukti yang pernah digunakan para teroris, berupa senjata dan benda lain, juga disimpan di lingkungan Mako Brimob dan kemungkinan besar berada tidak jauh blok para teroris ditahan.

Tujuan utama para teroris ditahan dalam satu blok beserta barang buktinya adalah demi kepraktisan pemberkasan dan penyidikan untuk kemudian dibawa ke pengadilan.

Baca juga: 4 Fakta Pasca Kerusuhan di Mako Brimob Depok, Salah Satunya 145 Narapidana Dipindahkan ke Nusakambangan Dengan Pengawalan Super Ketat

Kegiatan yang sudah rutin itu tampaknya aman-aman saja tanpa pernah terjadi insiden. Apalagi, konon para napi teroris selalu bertingkah biasa bahkan ramah.

Tapi para teroris yang ditahan dalam satu blok tidak jauh dari penyimpanan senjata barang bukti itu, ditambah oleh polisi yang ketika melakukan pemeriksaan lanjutan tidak menjalankan prosedur standar keamanan justru menjadi bumerang.

Ada kemungkinan para teroris ketika sedang dilakukan pemberkasan dan pemeriksaan lain tidak dalam kondisi diborgol serta dijaga secara maksimal karena sudah dianggap kegiatan rutin yang tidak membahayakan.

Namun, yang harus disadari para teroris rata-rata merupakan orang-orang pernah dilatih bertempur, memiliki doktrin dan keyakinan yang sudah matang, serta orang-orang yang mungkin sudah didoktrin untuk bisa lolos dari tahanan dengan cara apapun.

Apalagi para teroris di Indonesia yang konon sudah berafiliasi dengan organisasi terorisme internasional telah menganggap polisi sebagai musuh nomor satu.

Baca juga: Dari Jenis Senjata yang Dirampas Napi Teroris Mako Brimob Depok, Memang Akan Mematikan Jika Sampai Terjadi Bentrok Senjata

Akibatnya, melalui aksi yang tak terduga dan mungkin sudah direncanakan matang,  mereka berhasil melumpuhkan polisi yang sedang bertugas di lingkungan rutan napi teroris Mako Brimob Depok pada Kamis (10/05/2018).

Aksi kekerasan yang ternyata brutal itu, bahkan sampai menimbulkan jatuhnya sejumlah korban jiwa, sebelum akhirnya para teroris ‘menyerah kalah’.

Menyadari para teroris jika tinggal dalam satu kelompok malah berpotensi menggalang perlawanan, para napi teroris pun kemudian dalam waktu cepat dipindahkan ke penjara Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, yang lokasinya terisolir dari dunia luar.

Tujuan utama penempatan napi teroris ke Nusakambangan adalah agar mereka bisa dipenjara dalam ruangan tersendiri (one cell one man).

Dengan cara seperti itu mereka diharapkan tidak bisa lagi melakukan konsolidasi yang bisa berujung pada tindakan rusuh di penjara.

Baca juga: Bentrokan di Mako Brimob: Ini Artinya Jika Polisi Melengkapi Diri dengan Borgol Plastik

Petugas yang mengawasi (sipir) pun bisa memantau para napi secara maksimal dan detail melalui kamera CCTV, mengingat jumlah petugasnya dalam kondisi terbatas.

Sebagai penjara berkeamanan maksimum Nusakambangan yang merupakan pulau terpencil di tengah laut sudah dikenal sebagai tempat para tahanan politik yang menyeramkan sejak jaman Belanda.

Lokasi penjara Nusakambangan yang terpencil ini bahkan mirip dengan lokasi penjara Alcatraz, yang bersistem keamanan maksimum dan berlokasi di tengah laut Teluk San Franscisco, AS.

Atau penjara teroris milik CIA yang memiliki keamanan super maksimum di Guantanamo, Kuba. 

Tapi penjara yang sempat memicu kontroversi masalah HAM itu sudah ditutup oleh Presiden Barrack Obama (2016).

Pasalnya penjara  Guantanamo  dikenal sebagai penjara yang tidak berperikemanusiaan dalam perlakuannya terhadap para terpidana atau terduga teroris.

Baca juga: Istri Anggota Polisi yang Tewas dalam Kerusuhan di Mako Brimob Melahirkan Hari Ini

Penjara berkeamanan maksimum bertujuan untuk menahan para napi yang memiliki potensi sangat membahayakan bagi negara, bagi para petugas keamanan (sipir), dan bagi para tahanan sendiri.

Oleh karena itu, sistem keamanan penjara juga dirancang dan dibangun agar tidak bisa digunakan para napi untuk meloloskan diri demikian juga lingkungan sekitarnya.

Tidak ada celah yang bisa membuat para napi lolos dengan mudah karena adanya halangan alam yang masih ganas.

Jadi, sesungguhnya konsep keamanan dalam penjara bersistem canggih adalah demi menjamin keamanan para petugas, para napi, lingkungan sekitar, dan lainnya termasuk para pengunjung selama 24 jam.

Meskipun penjara bersistem keamanan canggih seperti Nusakambangan mengesankan penahanan manusia yang diperlakukan ‘bak binatang yang harus dikerangkeng’, penjara yang dikelola oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) itu tetap memperlakukan para tahanan sejahat apapun secara manusiawi.

Hak-hak dasar mereka seperti beribadah, berolahraga, bekerja dalam rutan, dikunjungi keluarga, kesehatan, dan lainnya tetap dipenuhi.

Pasalnya para tahanan itu, khususnya para teroris, tetap dianggap sebagai warga negara yang masih dapat dibina dan setelah menjalani masa hukuman bisa dikembalikan lagi kepada masyarakat.

Namun jika pelanggaran hukum yang dilakukan para napi sangat berat dan tidak bisa lagi dibina serta dikembalikan ke masyarakat karena beresiko sangat membahayakan, maka sesuai keputusan pengadilan mereka dapat dijatuhi hukuman mati.

Baca juga: Urutan Eksekusi Hukuman Mati Narapidana di Nusakambangan yang Buat Narapidana Tak Kuasa Menahan Tangis