Advertorial

Ditinjau Dari Sistem Pertahanan di Mako Brimob, Polri Siap Hadapi Pertempuran dengan Korban Besar, Untung Tak Terjadi

Agustinus Winardi
Moh. Habib Asyhad
Agustinus Winardi
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Dilihat Dari Sistem  Pertahanan  di Mako Brimob Depok Polri Sudah Siap Hadapi Pertempuran Berskala Besar Dengan Resiko Apapun
Dilihat Dari Sistem Pertahanan di Mako Brimob Depok Polri Sudah Siap Hadapi Pertempuran Berskala Besar Dengan Resiko Apapun

Intisari-Online.com -Ketika pasukan Brimob bersenjata lengkap mulai berjaga dalam posisi siap tempur dan menutup jalan raya di depan Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, pada Rabu (9/5) pagi, keadaan sesungguhnya sudah sangat genting.

Tapi polisi jelas tidak mau terus terang karena bisa membuat warga panik atau malah ramai-ramai datang untuk menonton.

Pasalnya di dalam rutan teroris yang berlokasi di dalam lingkungan Mako Brimob, lebih dari seratus napi teroris dan sekitar 30 orang di antaranya bersenjata lengkap berhasil menguasai rutan serta dalam kondisi siap tempur.

Napi teroris itu pun telah menunjukkan kebrutalannya dengan membunuh lima anggota Densus 88 yang sebelumnya telah disergap, disandera, dan dirampas senjatanya.

Sebagai ‘pasukan teroris’ yang pernah mendapatkan pelatihan militer, para napi teroris tahu bagaimana bisa mendapatkan senjata: dengan cara mendobrak ruang tempat menyimpan barang bukti beragam senjata api dan peledak lalu menyusun pertahanan.

Baca juga:Bentrokan di Mako Brimob: Ini Artinya Jika Polisi Melengkapi Diri dengan Borgol Plastik

Para teroris rupanya juga telah terlatih untuk menyandera orang, melakukan negosiasi dengan pihak kepolisian, meski akhirnya harus menyerah.

Tapi sesungguhnya para napi teroris itu awalnya rata-rata merupakan orang yang siap mati demi keyakinannya dan telah menganggap polisi sebagai musuh utama yang harus diserang.

Polri sendiri sangat menyadari jika para teroris yang saat itu masih menyandera satu orang polisi anggota Densus 88 merupakan orang-orang yang sangat berbahaya karena bisa melakukan perlawanan secara ‘banzai’.

Banzai artinya melancarkan serangan bunuh diri secara frontal dan serempak sehingga pertempuran brutal yang terjadi antara napi teroris dan polisi (Brimob) pasti akan memakan korban banyak.

Oleh karena itu polisi berusaha keras melokalisasi potensi bentrok senjata yang kemungkinan terjadi, agar berlangsung di dalam lingkungan rutan saja dan tidak merembet keluar.

Baca juga:Inilah Sosok Abu Bakar Al Baghdadi, Pemimpin ISIS yang Disebut-sebut Tahanan Terorisme di Mako Brimob

Oleh karena itu, jalanan dan lingkungan di depan Mako Brimob harus disterilkan karena jika terjadi bentrok senjata akan ada banyak peluru yang nyasar dan bisa mengenai warga sekitar.

Apalagi jika sampai ada napi teroris bersenjata yang berhasil keluar dari rutan lalu nekad memasuki rumah warga dan melakukan penyanderaan. Masalah baru jelas akan muncul dan makin rumit.

Pangdam Jaya yang datang ke Mako Brimob tampaknya telah menawarkan bantuan untuk menangani aksi terorisme di dalam rutan.

Tapi rupanya polisi masih bisa menangani ‘dengan cara-cara polisi’ sehingga pasukan tempur dari Kodam Jaya hanya bersikap stand bydan kapan saja siap membantu kemelut di dalam rutan napi teroris.

Namun bentrok senjata yang dikhawatirkan terjadi ternyata berhasil dihindari meski polisi telah mengalami kerugian besar dengan gugurnya 5 anggota Densus 88.

Baca juga:Densus 88, Pasukan Khusus Polri yang Wajib ‘Muntahkan’ 30.000 Peluru Setiap Latihan Demi Hal Ini

Gugurnya lima personel Densus 88 dan kesabaran polisi untuk menangani napi teroris tetap berpedoman pada koridor hukum dan menghargai HAM, secara moral memang merupakan ‘ujian mental’ yang sangat berat.

Karena logikanya polisi seharusnya melancarkan operasi serbuan menggunakan senjata yang dimiliki untuk menumpas para teroris.

Persenjataan dan perlengkapan serta pasukan yang terlatih untuk melaksanakan operasi serbuan penumpasan memang sudah siaga serta tinggal menunggu perintah.

Tapi tekanan terakhir dari polisi untuk membuat para napi teroris menyerah ternyata berhasil.

‘Peperangan’ di Mako Brimob yang berpotensi memakan korban jiwa yang besar pun berhasil dihindari.

Meski pihak Polri harus menelan kenyataan pahit karena putra-putra terbaiknya telah gugur melalui cara yang sangat brutal demi menegakkan hukum dan kokohnya kedaulatan NKRI dari aksi-aksi terorisme.

Pertempuran dalam skala besar memang berhasil dihindari polisi di lingkungan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Poin ini saja sesungguhnya, telah menjadi kemenangan bagi Polri karena akhirnya bisa mengatasi aksi terorisme di kandang sendiri tanpa harus saling membantai.

Baca juga:Bentrokan di Mako Brimob: Ini Artinya Jika Polisi Melengkapi Diri dengan Borgol Plastik

Artikel Terkait