Find Us On Social Media :

Mengenang Pertempuran di Meester Cornelis, Jawa pun Jatuh ke Tangan Inggris

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 11 Oktober 2024 | 16:25 WIB

Di Meester Cornelis, Belanda akhirnya mengakui kekalahan dan Hindia Belanda akhirnya jatuh ke tangan Inggris.

Di tempat yang sangat dekat ke garis pertahanan musuh, satuan pertama menunggu dengan cemas, karena khawatir diketahui patroli musuh. Maka sebelum fajar menyingsing, Kolonel Gillespie terpaksa menyerang dengan jumlah tentara yang sangat kecil.

Serangan ini ditentukan akan menjadi tanda bagi semua satuan lain untuk bergerak menurut rencana.

Lihainya, tentara Inggris dapat mengelabui pos-pos terdepan pihak musuh, sehingga mereka dapat merebut benteng (no. 3) yang berada paling timur di luar selokan (sekarang sebelah timur jembatan kereta api).

Dengan demikian, garis pertahanan luar sudah ditembus dan dengan cepat Gillespie berhasil mengalahkan pasukan pertahanan benteng lain (no. 4) yang tidak jauh daripadanya.

Dengan demikian, jembatan kecil di atas selokan aman, walaupun dengan akibat gugurnya beberapa perwira Inggris. Hampir bersamaan, sebuah benteng lagi (no. 2) meledak karena gudang mesiunya kena tembakan.

Hampir semua pasukan pertahanan tewas akibat ledakan itu bersama dengan beberapa penyerang yang sudah berhasil masuk ke dalam benteng yang malang itu (kirakira di tempat Susteran St. Fransiskus sekarang).

Kemudian satuan Gillespie diperkuat dengan tentara-tentara yang mula-mula tersesat, tetapi sekarang dapat masuk dengan mudah. Dengan tenaga baru ini, pusat perkubuan di sekitar Benteng Meester Cornelis sendiri (Kebon Pala sekarang) diserang, walaupun dibela musuh dengan gigih.

Tetapi setelah pihak penyerang juga berhasil menendang musuh mundur dari tempat itu, tentara Belanda-Prancis patah semangat dan mulai meninggalkan perkubuan dengan mundur ke Jatinegara Barat.

Selain itu serangan semu dari Selatan sangat membingungkan para pembela.

Pada saat perkubuan Meester ini goyah, kavaleri Inggris mulai menyerang, sehingga tentara Belanda yang sudah mundur ke Selatan tidak dapat berkumpul lagi untuk menyusun garis pertahanan baru secara teratur.

Percobaan untuk bertahan di sekitar Kampong Macassar tidak berhasil, karena satuan-satuan kavaleri Inggris terus menyerang dari berbagai arah. Semangat sudah patah. Enam ribu tentara Belanda ditawan, termasuk dua jenderal dan banyak perwira tinggi.

Hanya sekelompok kecil pasukan berkuda berhasil menyelamatkan diri ke Selatan. Jenderal Janssens dan Jenderal Jumel, dengan berpakaian seperti tentara biasa, berhasil lolos ke dalam rimba.

Pertempuran Meester memakan banyak korban di kedua belah pihak: Inggris kehilangan 500 orang, di antaranya 48 perwira. Tetapi kerugian di pihak Belanda jauh lebih besar lagi: seribu tentara mereka terkubur di tempat pertempuran, ratusan lagi gugur sewaktu mundur dan ribuan menjadi tawanan Inggris.

Untuk pertama kalinya, kekuatan Belanda dikalahkan setelah dua ratus tahun menang terus. Itu pertempuran di perkubuan Meester Cornelis. Semuanya sejarah yang sudah lewat. Selain teriakan "Meester, Meester" dari kernet oplet dan bus, rupanya semua sudah dilupakan.

Apakah masih ada yang berarti untuk diingat?

Sejarah setempat, apalagi tempat kita tinggal, tidak pernah lewat seluruhnya: menyatu dengan tempat itu, tempat kita mau tak mau berakar.