Find Us On Social Media :

Cerita Febri yang Selamat dari Bom Bali 2 Sementara Beberapa Temannya 'Pergi Duluan'

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 6 Oktober 2024 | 14:07 WIB

Bom Bali II tak kalah dahsyatnya dari Bom Bali I. Febri menceritakan bagaimana dirinya selamat dari ledakan itu sementara beberapa temannya harus pergi duluan meninggalkannya.

Sungguh, tak seorang pun menyangka, hanya dalam hitungan menit keceriaan mereka malam itu sirna dan segera berubah menjadi isak tangis dan kepiluan yang mendalam.

"Sekitar jam 19.20, aku ingat benar, pada saat tanganku mengambil cumi bakar, tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang sangat keras. Guncangannya sangat terasa di telapak kakiku. Semburan pasir terasa panas di kaki. Gendang telingaku terasa sakit sekali, dan pandanganku langsung menjadi gelap," ceritanya bergetar.

"Beberapa saat aku terdiam. Cumi bakar yang ada di tanganku lenyap, entah terlempar ke mana. Melly yang duduk tepat di sebelah kananku tiba-tiba sudah bersandar di bahuku. Langsung saja kupeluk Melly dan kularikan sampai ke dekat toilet. Maksudnya, seandainya Melly terluka bakar, bisa langsung aku siram air. Aku pikir itu adalah ledakan tabung gas yang terbakar. Aku tidak tahu kalau suara itu ternyata berasal dari ledakan bom."

Bisa diduga, tidak lama kemudian, keadaan menjadi kacau balau. Semua orang panik, karena tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Apalagi jarak pandangan hanya sebatas satu meter, karena lerselimuti asap putih. Aku mencoba untuk kembali mendekati meja. Namun, baru dua langkah aku berjalan, ledakan kedua terdengar lagi. Saat itu aku baru sadar, kalau itu adalah ledakan bom. Aku jadi ikut panik dan langsung lari keluar."

Pada saat panik itulah, sambil berlari Febri sempat sesekali menengok ke belakang. Dia melihat rekan-rekannya, di antaranya Diana, Hery, Ibu Kus, berjalan dengan tubuh berlumuran darah. Darah segar itu mengalir dari kepala, kuping, dan dada.

Febri berhenti, kemudian berlari kencang, kembali menuju kafe untuk melihat keadaan teman yang lain. "Pikirku, pasti masih banyak rekanku yang lain yang juga terluka di sana."

Benar saja, Febri segera mendapati Sherly menangis histeris, sembari menarik-narik tangannya menuju meja tempat sebelumnya mereka makan.

"Sesampai di meja, aku melihat Hendrik terkapar di kursi. Dengan susah payah aku berusaha membawanya, tapi terlalu berat sehingga aku terjatuh dua kali. Lalu datang orang yang membantuku mengangkatnya keluar menuju pantai. Hendrik saat itu dalam keadaan tidak sadar, sehingga kusiram air supaya siuman."

Setelah itu Febri kembali lagi ke dalam kafe. Saat itu, dia sempat berpapasan dengan Wiyono dan Sherly yang masih menangis sambil membopong Mega yang kelihatannya sudah tak bernapas lagi.

Febri lalu berlari ke dalam lagi dan menemukan Enny dan Elly dalam kondisi yang mengenaskan. Terdapat potongan kayu kira-kira sepanjang 10 cm tertancap menembus leher Elly. Sementara kondisi Enny lebih parah, tempurung kepalanya terkelupas di bagian depan.

"Aku mengangkat keduanya bersama dengan Atan dan Stefan menuju ke bus. Menyaksikan itu semua, aku berusaha tabah dengan mengambil napas panjang dan kembali lagi ke lokasi. Berikutnya aku menemukan Ibu Wati juga dalam kondisi mengenaskan, terdapat lubang menganga di lehernya. Dia juga tergeletak tak berdaya."