Find Us On Social Media :

Mengenang Tragedi di Laut Aru yang Menewaskan Komodor Yos Sudarso dan anggota TNI AL Lainnya

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 3 Oktober 2024 | 13:19 WIB

Tragedi Laut Aru yang menewaskan Komodor Yos Sudarso menjadi salah satu fase gelap angkatan bersenjata Indonesia. Siapa yang salah sebenarnya?

Ternyata, Omar Dhani satu-satunya yang bertanya.

"Tadi dikatakan oleh Kolonel Mursyid bahwa hari H -3, H -2, H -1, bahkan pada hari H-nya sendiri sudah ada pesawat Belanda melakukan pengintaian di tempat rendezvous. Artinya, Belanda sudah tahu iring-iringan kapal kita. Sebagai seorang komandan, entah komandan regu, komandan batalyon, bahkan panglima angkatan sekalipun yang diberi tugas dengan target tertentu, dengan data dan info pada saat itu, kalau dalam melaksanakan tugasnya itu kemudian menemui situasi dan kondisi yang berbeda, apalagi bertentangan dengan data dan info yang ia dapatkan sebelumnya, mereka punya hak untuk mengubah taktik guna mencapai sasaran semula. Apakah pada misi tanggal 15 Januari itu dilakukan perubahan taktik? Yaitu, setelah jelas-jelas ada pengintaian pesawat Belanda yang terus-menerus?"

Kolonel Mursyid menjawab, "Tidak ada perubahan karena…."

Lalu hadirin diberondong dengan retorika yang menggebu-gebu tentang tugas negara, tuntutan dan kepentingan rakyat, kolonialisme dan imperialisme, bangsa dan Tanah Air, patriotisme, serta hal-hal lain, panjang lebar.

Bung Karno kemudian bertanya, "Bagaimana Omar Dhani?"

Lalu Omar Dhani menjawab, "Sudah, Paduka Yang Mulia".

Rapat diskors dan semua menuju beranda untuk makan siang. Setelah mengambil makanan, Bung Karno duduk di kursi rotan sendirian. Ia memanggil Omar Dhani agar duduk di sebelah kirinya dan bertanya.

"Kamu kelihatannya belum puas dengan jawaban Mursyid. Mengapa?"

Omar Dhani menjawab:

"Pertama, mereka tidak melakukan revisi rencana operasi, itu kecerobohan. Kedua, tiga kapal Belanda, kalau benar laporan Kolonel Mursyid, bukannya sedang patroli seperti yang diberitakan pers, tetapi mereka berhenti pada jalur pelayaran kapal kita. Maar we werden opgewacht, tetapi tiga kapal kita disanggong. Ini berarti rencana kita sudah bocor, dan bocornya bukan di Aru, tetapi di Jakarta. Bapak masih ingat peristiwa di Padang tahun dulu?"

Langsung Presiden Soekarno bilang, "Je hebt gelijk, kamu benar."

Walau baru beberapa jam dilantik, ternyata Omar Dhani memiliki pengetahuan yang luas dan mampu memberikan analisis operasi yang tajam. Tidak salah bila dalam Operasi Dwikora Bung Karno nantinya memberi jabatan panglima kepadanya.

Setelah makan siang selesai, rapat dilanjutkan namun hanya seperempat jam. Presiden mengimbau agar pesan terakhir Komodor Yos Sudarso dilaksanakan dan kerahasiaan ditingkatkan. Kebocoran dalam peristiwa Aru sama sekali tidak disinggung.

Kebesaran Bung Karno

"Akan aku ceritakan kepadamu sesuatu yang belum pernah kuceritakan pada orang lain," kata Omar Dhani beberapa saat setelah keluar dari penjara. Mantan KSAU itu menyadari bahwa Bung Karno telah mengambil keputusan yang tepat. Lebih mendahulukan kepentingan nasional daripada kepentingan angkatan, apalagi kelompok yang lebih kecil.

Bung Karno telah dengan sangat jeli mengetahui bahwa Omar Dhani tidak puas dengan jawaban Kol. Mursyid, dan dengan cara elegan serta luwes memaksa Omar Dhani untuk menyatakan keputusannya.

Bung Karno tidak membongkar adanya kebocoran karena hal itu bisa menimbulkan rasa tidak enak antarangkatan. Bung Karno membiarkan suatu kegagalan dan kesalahan menjadi suatu tindakan yang heroik. Dia menjadikan teriakan tempur Yos Sudarso, "Kobarkan semangat pertempuran," secara maksimal.

Itulah kebesaran Bung Karno yang akhirnya bisa dimengerti para pimpinan AURI, yang sebenarnya tidak bisa menerima tuduhan yang sulit dimengerti itu. Sebagai ahli strategi militer, Bung Karno dengan cepat memanfaatkan kekalahan dalam satu pertempuran menjadi suatu kemenangan politis dan psikologis yang kemudian memenangkan peperangan.

Peristiwa Aru kemudian berlalu begitu saja. Sampai saatnya nanti orang bisa menilai, pengorbanan batin para pimpinan AURI di masa itu adalah wujud nyata sikap tertinggi dalam disiplin prajurit, yaitu loyalitas.