Find Us On Social Media :

Pasukan Khas, Kekhasannya Tak Hanya pada Baret Jingganya, Seleksinya Superberat

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 3 Oktober 2024 | 11:51 WIB

Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU tidak hanya baret jingganya yang istimewa. Ada tugas-tugas penting lain yang tak kalah istimewa.

Ketika menyusuri rimba perawan Kalimantan, musuh tak cuma tentara Belanda. Tak jarang mereka jadi sasaran lintah yang haus darah manusia. Lebah atau semut hitam hutan juga tak segan-segan menyengat bila sarang mereka tanpa sengaja tersentuh atau terinjak pasukan payung.

"Kalau cuma demam akibat ulah serangga itu, ya ... tidak kami pedulikan," cerita Sujoto.

Makan pun tidak pilih-pilih. Dari ayam, ular, sampai monyet, dengan terpaksa mereka jadikan santapan setelah dibakar ala kadarnya. "Minumnya cuma air sungai. Di dalam veldples air itu diberi beberapa potong arang," kenang Sujoto. Namun, mereka mampu bertahan selama 37 hari sampai akhirnya terpaksa menyerah.

Dalam penyergapan 23 November dini hari, 2 anggota pasukan tewas seketika, yakni Iskandar dan Achmad Kosasih. Hari Hadisumantri terluka parah dan akhirnya meninggal beberapa saat kemudian. Sisanya ditawan Belanda, termasuk Dachlan yang sempat melarikan diri beberapa hari dalam keadaan luka parah di leher bagian belakang.

Meski begitu, operasi ini jadi titik bersejarah dalam perjalanan Paskhas TNI AU. Berdasarkan keputusan Men/Pangau No. 54 Tahun 1967 tanggal 12 Oktober 1967, tanggal penerjunan pasukan payung AURI dengan tugas operasional tadi dijadikan Hari Paskhas.

Kualifikasi para-komando

Sebelum bernama Paskhas, dia telah mengalami pergantian nama beberapa kali. Mulanya, pada tahun 1952 dibentuk pasukan para dengan nama Pasukan Gerak Tjepat (PGT).

Pasukan strategis ini berhasil mengukir sejumlah sukses besar. Di antaranya dalam operasi penumpasan DI/TII, Operasi Trikora, dan Dwikora.

Sementara, pada waktu bersamaan masih ada Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) yang merupakan bagian dari BKRO (Badan Keamanan Rakjat Oedara). Pasukan taktis ini bertugas mengamankan seluruh fasilitas dan instalasi pangkalan militer, serta mempertahankannya dari serangan musuh. Keduanya di bawah Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (Koppau).

Kedua pasukan inilah yang kemudian dilebur menjadi Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat). Pada periode ini, Kopasgat berhasil beberapa kali melakukan operasi militer, antara lain Operasi Wibawa, Sadar, penumpasan G30S, dan Trisula. Lalu, seiring dengan reorganisasi mutakhir TNI/ABRI tahun 1984 - 1985, pasukan lintas udara ini berganti nama menjadi Pasukan Khas (Paskhas) TNI-AU.

Berdasarkan tugas-tugas yang diemban, Paskhas terbagi atas Tim Pengendalian Pangkalan (Dalian), Pengendali Tempur (Dalpur), Pertahanan Pangkalan (Hanlan), dan SAR Tempur (Sarpur). Dalam tugas operasional, pasukan ini di bawah kendali dua komando operasi TNI-AU (Koops AU), yakni Koops AU Barat di Jakarta dan Timur di Ujungpandang. Batasnya garis imajiner yang ditarik dari Tegal ke utara.

Di antara unit-unit kecil tadi, tim Dalpur merupakan barisan terdepan. Tim "pembuka jalan" ini terdiri atas pasukan yang memiliki kemampuan teknis dan para-komando. Di dalamnya ada tamtama, bintara, dan perwira.