Find Us On Social Media :

Idjon Djanbi, Bapak Kopassus yang Ternyata Bekas Tentara Belanda

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 3 Oktober 2024 | 10:53 WIB

Idjon Djanbi, bapak Kopassus. Ternyata bekas tentara KNIL yang sempat memutuskan pensiun dan jadi petani di Jawa Barat.

Hidup di Indonesia

Kekalahan militer Jepang membuatnya hengkang dari Indonesia. Hal ini membuka peluang Belanda kembali berambisi menguasai Indonesia yang masih dianggap potensial untuk terus dihisap sumber daya alamnya.

Saat itu keadaan negeri Belanda luluh lantak akibat invasi Jerman. Sehingga mereka tidak mampu mengirimkan pasukan bantuan dari Eropa ke Indonesia. Belanda pun melakukan persiapan besar-besaran di Australia dan Sri Lanka untuk kembali ke Indonesia.

Pimpinan militer Belanda melihat perlu membentuk pasukan khusus baik darat maupun udara, yang dapat dengan cepat menerobos garis pertahanan Indonesia. Setelah diangkat menjadi Panglima Tertinggi Tentara Belanda, Letjen Spoor sebagai komandan KNIL di Hindia Belanda mengemukakan rencananya membentuk pasukan infanteri berkualifikasi komando serta pasukan payung (parasutis) yang memperoleh pelatihan istimewa.

Pada 13 Maret 1946, Letnan de Koning dan Letnan van Beek dipanggil dari Sri Lanka untuk menjadi pelatih calon pasukan. Secara resmi School Opleiding Parachutisten (Sekolah Penerjun Payung) dibentuk pada 15 Maret 1946 dibawah komando Kapten C. Sisselaar.

Agar tidak tercium pihak Republik, kamp pelatihan berlokasi di tempat yang sangat jauh yaitu di Papua Barat. Tadinya dipilih Biak karena terdapat bekas pangkalan udara Amerika yang masih utuh.

Lalu di bulan April, lokasi pelatihan dipindah ke Hollandia (Jayapura). Sekolah parasutis menempati sebuah bangunan rumah sakit milik Amerika yang telah ditinggalkan pasukan Jenderal Douglas MacArthur.

Ternyata Visser menyukai hidup di Indonesia. Meskipun kondisinya sangat berbeda dengan kehidupan di Eropa. Ia sempat pulang ke Inggris menemui keluarganya dan meminta istrinya, perempuan Inggris yang dinikahinya semasa PD II serta keempat anaknya, untuk ikut ke Indonesia bersamanya.

Karena sang istri menolak, Visser memilih untuk bercerai. Tahun 1947, Visser kembali ke Indonesia. Ternyata sekolah yang dipimpinnya sudah pindah ke Batujajar, Cimahi, Jawa Barat.

Tidak lama, Visser dipromosikan menjadi kapten dengan jabatan Pelatih Kepala. Sekolah parasutis berada di bawah kendali Korps Speciale Troepen (KST). Dalam kurun 1947-1949, sekolah yang dipimpinnya terus mencetak penerjun militer.

Ini berlangsung sampai Belanda harus menyerahkan kekuasaannya kepada Republik Indonesia melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda.

Tahun 1949, Visser memutuskan keluar dari dunia militer dan memilih menetap di Indonesia sebagai warga sipil. Meskipun keputusan ini mengandung risiko tinggi karena kondisi di Indonesia sedang dalam masa transisi pasca-Kemerdekaan.